Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Editor

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Lihat Nastar, Ingat Pulang

21 April 2023   19:27 Diperbarui: 21 April 2023   19:47 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lihat Nastar, Ingat Pulang
Kue nastar (dok. pribadi)

Kalau bicara tentang kue favorit di hari Lebaran, sebagian besar pasti sepakat kalau kue favorit keluarga adalah nastar. Kue berisian selai nanas tersebut sangat populer dan dikenal sebagai tradisi sajian kue lebaran. Di mana ada hari raya, yang ditanya pasti nastar. Bahkan setiap tahunnya, nastar selalu viral dan menjadi sumber keributan di media sosial.

Misalnya, tentang kisah anak dari tamu yang menghabiskan nastar si tuan rumah, lalu si tuan rumah curhatlah di media sosial. Dalam beberapa menit setelah diunggah, langsung menjadi trending topik di media sosial. Itu kisah dua tahun lalu. Tahun ini? Lain lagi dan masih seputar anak dari tamu yang menghabiskan kue nastar yang harganya mahal. Mungkin, di Kompasiana tidak ada yang membahas polemik antaremak-emak di media sosial tersebut.

Kue nastar menjadi kenangan tersendiri buat saya. Selama dua puluh tahun, ibu saya selalu menerima orderan kue nastar. Ibu mengolah sendiri kue nastar untuk dijual .Tidak hanya puluhan toples, bahkan Ibu pernah mendapat pesanan nastar hingga hampir 1000 toples. Semua itu Ibu sendiri yang mengolahnya. Tidak ada karyawan atau ART. Hanya dibantu anak-anak yang sudah besar karena memang kami bukan pabrik. Oleh karena itu, kami tidak berani mengambil pesanan besar.

Nastar Ibu sangat enak. Tanpa bahan pengawet dan masa berlakunya bisa sampai enam bulan. Tidak basah sehingga tidak cepat jamuran. Ibu memanggangnya dengan sangat telaten.

Namun, dua tahun lalu, Ibu  berpulang. Tidak ada lagi yang membuat nastar. Pelanggan ibu pun kehilangan kue favoritnya. Anak-anak Ibu memang selalu membuatnya, tetapi hanya sebatas untuk hidangan lebaran. Seperti saya yang tak telaten untuk berjualan.

Saya yang selalu mengingat Ibu jika melihat nastar, saya juga ingin kue nastar buatan saya memiliki jejak memoriable bagi anak-anak. Kelak, jika anak-anak sudah dewasa dah menjalani kehidupan masing-masing, mereka akan rindu pulang ke rumah karena kangen nastar buatan Bunda.
Oleh karena itu, saya lebih suka mengolahnya sendiri ketimbang membeli jadi. Membuat kue nastar menjadi kepuasan tersendiri, apalagi ketika anak-anak berseru, "Kue buatan Bunda, enak!"

Di mana pun, kapan pun, mereka akan mengingat kue nastar buatan Bunda. Bahkan ketika saya telah tiada, mereka akan selalu mengingat ibunya dan membuat kue nastar.

Berikut adalah resep nastar dari ibu saya yang diresepkan turun temurun. Resep sederhana, tetapi enak dan banyak yang cocok dengan rasanya.

Resep Nastar

Selai
5 buah nastar ukuran sedang
500 gram gula pasir (tambahkan sesuai selera)

Adonan
4 sachet blue band ukuran 200gr
1 kg terigu
2 sachet susu vanila
2 sdm butter salt
3 buah kuning telur
150 gr tepung maizena

Untuk olesan
2 buah kuning telur atau sesuai keperluan

Cara membuat:
Semua bahan, dicampur semua di dalam baskom besar, kemudian uleni sampai kalis.

Ambil sejumput adonan, kemudian bentuk sesuai selera. Ukuran menyesuaikan.

Isi dengan selai nanas secukupnya dan bulatkan kembali.

Susun nastar di atas loyang yang sudah dialasi kertas roti.

Panggang nastar dalam oven yang sudah dipanaskan suhu 160 derajat Celcius hingga setengah matang. Keluarkan nastar, kemudian oleskan kuning telur. Panggang kembali sampai warnanya kecokelatan.


Catatan:
Saya mengoleskan kuning telur di sela proses pemanggangan agar bentuknya cantik dan tidak retak.

Selamat mencoba dan semoga cocok dengan rasanya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun