Oktav Unik Ardiana
Oktav Unik Ardiana Guru

Anak perempuan pertama dari 4 bersaudara yang tengah belajar mengabdi pada dunia pendidikan. Masih terus belajar, belajar, dan belajar

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ilmu atau Materi? Semangat Membara untuk Memberi Ibarat Alga Api

8 Mei 2020   22:00 Diperbarui: 8 Mei 2020   21:54 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu atau Materi? Semangat Membara untuk Memberi Ibarat Alga Api
didyouknowstuff.com

          Tidak hanya dalam bentuk materi yang bisa kita berikan kepada sesama, kita juga dapat membagikan ilmu yang kita miliki. Tentunya ilmu dalam hal ini ialah ilmu yang dapat memberi manfaat. Dengan keyakinan kuat dan semangat untuk berbagi ilmu, maka kita pun akan berusaha untuk terus meningkatkan kapasitas keilmuan kita. Terus menggali ilmu tanpa henti selama Tuhan masih memberi kesempatan untuk berbagi.

          Beruntunglah bagi seorang muslim , sekalipun kita tidak memiliki materi untuk diberikan/disedekahkan, namun kita masih dapat bersedekah dengan ilmu yang kita ajarkan pada orang lain. Bahkan sedekah ilmu merupakan salah satu sedekah yang utama. Dan, bukankah ilmu yang bermanfaat juga termasuk amal jariyah? Seperti yang telah disebutkan dalam hadits Rasululullah?

Sedekah yang paling utama ialah seorang muslim belajar suatu ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudara muslim lainnya." (HR. Ibnu Majah)

          Memulai berbagi ilmu dengan orang terdekat. Bukan berarti menggurui namun lebih pada berbagi dan diskusi. Orang terdekat adalah keluarga yang terdiri orang tua dan anak. Orang tua berbagi ilmu dengan anak, maka sang anak bertugas membagikan ilmu pada saudara-saudaranya. Jika sang anak adalah anak pertama maka ia membagikan pada adik-adiknya. Tutur tinular  istilah dalam bahasa Jawa.

Menjadi anak pertama dengan tiga orang adik di rumah yang masih duduk di bangku pendidikan menjadi suatu tantangan sendiri bagi saya untuk menjadi seorang kakak yang dapat berbagi ilmu dan membimbing mereka. 

Dibandingkan dengan membimbing peserta didik saat berada di sekolah, mengarahkan adik sendiri justru terasa lebih sulit menurut saya. Kita tak sekadar memerintah dan melarang namun harus memberikan contoh pembiasaan yang real setiap waktu. Tak sekadar bicara namun membutuhkan bukti nyata yang harus mereka lihat secara langsung. 

Contoh saja ketika meminta mereka untuk tidak merokok dan tidak berpacaran sebelum waktunya maka dibutuhkan pemahaman yang utuh pada mereka supaya tidak terjadi kesalahpahaman. 

Hal yang terpenting di sini adalah memberi contoh secara nyata. Bukan berarti membuat mereka takut pada sosok kakak, namun lebih kepada supaya mereka menerima dengan baik ( ilmu, pengetahuan, maupun pembelajaran yang kita sampaikan) tanpa berontak. 

Contoh lain adalah berbagi ilmu dalam metode cara membaca Al-Qur'an. Seorang guru yang telah memberi ilmu kepada kita kemudian kita pun punya kewajiban untuk membaginya dengan orang-orang terdekat kita. Supaya apa? Agar pahalanya terus mengalir tanpa henti. 

          Hal tersebut hanya beberapa dari banyaknya contoh nyata dalam kehidupan yang kita jalani. Saya yakin para pembaca jauh lebih berpengalaman dalam hal ini. Tentunya dengan masing-masing kapasitas dan kemampuan diri.   

          Ketika satu keluarga saling merasa dekat, maka apapun yang kita sampaikan akan menjadi perbincangan yang menemukan kenyamanan bukan perdebatan. Sesekali berbeda pendapat boleh, akan tetapi setelah itu bersama-sama meluruskan dan memberikan solusi yang dapat diterima dengan berbagai kajian ilmu yang diperoleh dari berbagai sumber referensi valid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun