Sepasang Betis Perempuan Muda Menghebohkan Warga Kabul, Afghanistan
Jadi ingat, artikel di Kompas.com pada awal tahun yang lalu. Saya sengaja COPAS sebagai SUPLEMEN.
Opa Jappy - dari Puncak Jawa Barat
SUPLEMEN
Ketika Perempuan Pernah Hidup Bebas di Afganistan
Berdasarkan peraturan mereka, perempuan dilarang untuk disekolahkan, bisa dipukuli secara terbuka jika menunjukkan ketidaktaatan dan dipaksa untuk memakai burqa, pakaian yang menutupi seluruh tubuh, kecuali mata.
Namun, Mohammad Humayon Qayoumi, yang lahir di Kabul, Afganistan, dan kemudian menjadi profesor teknik di San Jose State University, menulis sebuah buku esai foto berjudul Once Upon A Time in Afghanistan yang mendokumentasikan bagaimana kehidupan perempuan sebelum era Taliban.
Foto-fotonya dari tahun 1950-an, 60-an dan 70-an menunjukkan bagaimana mereka dulu diberikan pendidikan tingkat universitas, pergi ke toko musik dengan mengenakan rok pendek dan mempelajari sains.
Bahkan sebuah laporan Departemen Luar Negeri dari Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Tenaga Kerja yang berasal dari tahun 2001 menjelaskan tentang kaum perempuan mendapatkan hak bersuara pada tahun 1920-an, diberikan kesetaraan dalam konstitusi Afganistan pada tahun 1960-an dan pada awal 1990-an sebanyak 70 persen guru sekolah dan 50 persen pekerja pemerintah adalah perempuan. Di Kabul, bahkan 40 persen dokter adalah perempuan.
Qayoumi mengatakan, "Mengingat masa lalu Afganistan yang penuh harapan hanya membuat penderitaan yang sekarang tampak lebih tragis. Tetapi penting untuk mengetahui bahwa kekacauan, terorisme, dan kekerasan terhadap sekolah-sekolah yang mendidik anak-anak perempuan bukan tidak bisa dihindari.
Saya ingin menunjukkan kepada kaum pemuda Afganistan dewasa ini bagaimana orang tua dan kakek-nenek mereka dulu hidup."