Sepasang Betis Perempuan Muda Menghebohkan Warga Kabul, Afghanistan
Foto seorang perempuan dengan betis terbuka, ternyata sanggup mengejutkan warga kota Kabul, Afghanistan, ia hanya mengenakan kaus kaki hingga mata kaki dan selebihnya terbuka. Ia tidak menggenakan burqa, sesuai aturan di Afghanistan, dan dengan penuh percaya diri berjalan di tengah keramaian kota Kabul, Ibukota Afghanistan.
Hayat Ensafi, yang juga seorang wartawan, langsung "menangkap" peristiwa langka tersebut; kepada BBC, ia menyatakan bahwa
" ... terkejut dengan tindakan perempuan itu. Saya tahu saya harus menangkap momen spesial itu karena saya tidak pernah melihat seorang perempuan di sini berjalan menyusuri jalan-jalan seperti ini. Seluruh kota Kabul syok.
Saya telah mencoba untuk mendekati perempuan itu, tetapi dia berjalan 'sangat cepat dan sama sekali tidak berbicara dengan saya."
Walau Hayat Ensafi, tak sempat menegetahui identitas Si Gadis tersebut, namun berhasil menemukan reaksi orang-orang yang melihat perempuan dengan betis terbuka itu. Wartawan BBC, Syed Anwar, mengatakan bahwa ribuan orang telah mengomentari dan berbagi foto-foto itu sejak Hayat mengunggahnya di Facebook.
Menurutnya, "Tidak hanya di media sosial, orang-orang di jalan-jalan juga membicarakan dia, bertanya-tanya apakah dia sakit mental atau sedang melancarkan protes. Pada saat yang sama, beberapa orang berpendapat bahwa (berpakaian seperti itu) bisa membuka jalan bagi propaganda Taliban."
Ketika foto-foto dari Hayat beredar cepat di media sosial, langsung memicu reaksi; reaksi yang mengecam dan mendukung "ulah nakal" tersebut. Misalnya,
Sidiq, melalui akun Facebook, "Itu tubuhnya, bukan milikmu. Salut atas keberanian. Kami ingin melihat lebih banyak perempuan keluar dalam kondisi seperti itu." Yang lain mengatakan, "Tubuh saya, hak saya ... katakan tidak untuk jilbab yang dipaksa."
Ahmad, "Kita hidup di negara Muslim dan kita tidak bisa membiarkan orang seperti dia."
Bahkan ada yang menyatakan bahwa "Ia sedang menyataan politik pemberontakan sosial atau dia tertekan dan mungkin tidak sehat secara mental. Beberapa orang mengemukan kemungkinan bahwa dia merupakan seorang pekerja seks.
Agaknya, Si Gadis dengan betis terbuka tersebut, menurut Hayat Ensafi, telah membuat "The whole city of Kabul is shocked;" dan mungkin saja cerminan hati kaum perempuan Afghanistan yang selama ini terkurung dalam burqa; cuma tubuhnya yang tertutup burqa namun hati, jiwa, roh, serta semangatnya tak bisa dihalangi oleh sepotong burgqa.
Jadi ingat, artikel di Kompas.com pada awal tahun yang lalu. Saya sengaja COPAS sebagai SUPLEMEN.
Opa Jappy - dari Puncak Jawa Barat
SUPLEMEN
Ketika Perempuan Pernah Hidup Bebas di Afganistan
Berdasarkan peraturan mereka, perempuan dilarang untuk disekolahkan, bisa dipukuli secara terbuka jika menunjukkan ketidaktaatan dan dipaksa untuk memakai burqa, pakaian yang menutupi seluruh tubuh, kecuali mata.
Namun, Mohammad Humayon Qayoumi, yang lahir di Kabul, Afganistan, dan kemudian menjadi profesor teknik di San Jose State University, menulis sebuah buku esai foto berjudul Once Upon A Time in Afghanistan yang mendokumentasikan bagaimana kehidupan perempuan sebelum era Taliban.
Foto-fotonya dari tahun 1950-an, 60-an dan 70-an menunjukkan bagaimana mereka dulu diberikan pendidikan tingkat universitas, pergi ke toko musik dengan mengenakan rok pendek dan mempelajari sains.
Bahkan sebuah laporan Departemen Luar Negeri dari Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Tenaga Kerja yang berasal dari tahun 2001 menjelaskan tentang kaum perempuan mendapatkan hak bersuara pada tahun 1920-an, diberikan kesetaraan dalam konstitusi Afganistan pada tahun 1960-an dan pada awal 1990-an sebanyak 70 persen guru sekolah dan 50 persen pekerja pemerintah adalah perempuan. Di Kabul, bahkan 40 persen dokter adalah perempuan.
Qayoumi mengatakan, "Mengingat masa lalu Afganistan yang penuh harapan hanya membuat penderitaan yang sekarang tampak lebih tragis. Tetapi penting untuk mengetahui bahwa kekacauan, terorisme, dan kekerasan terhadap sekolah-sekolah yang mendidik anak-anak perempuan bukan tidak bisa dihindari.
Saya ingin menunjukkan kepada kaum pemuda Afganistan dewasa ini bagaimana orang tua dan kakek-nenek mereka dulu hidup."
Presiden Afganistan, Hamid Karzai, baru-baru ini mengesahkan sebuah kode etik yang akan melarang banyak adegan yang ditampilkan dalam foto-foto itu.
Kode etik itu menyatakan bahwa perempuan tidak diizinkan untuk melakukan perjalanan tanpa wali laki-laki dan tidak boleh berbaur dengan laki-laki asing di tempat umum seperti sekolah, pasar dan kantor. Pemukulan terhadap istri hanya dilarang jika tidak ada 'keluhan terkait hukum syariah'.
Semua peraturan tersebut sesuai dengan ajaran Islam dan tidak membatasi perempuan. Ini hukum syariah yang berlaku bagi semua Muslim dan semua warga Afganistan.