Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Konsultan

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Waspadai PAR (Penyakit Akhir Ramadan), Kenali Gejalanya

24 April 2022   06:18 Diperbarui: 24 April 2022   06:26 3695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waspadai PAR (Penyakit Akhir Ramadan), Kenali Gejalanya
Sumber foto: www.indonesia-investments.com

Setiap kali berada dalam pengujung akhir Ramadan, godaan semakin banyak. Meskipun setan telah dibelenggu, namun kecenderungan nafsu tetap bisa menyeret manusia menuju keburukan. Berbagai godaan inilah yang menghasilkan penyakit, maka hendaknya kita selalu waspada.

Berikut beberapa gejala PAR (penyakit akhir Ramadan) yang harus kita waspadai. Jangan sampai kita terlena dan terinfeksi.

  • Bersantai Karena Merasa Sudah Banyak Amalnya

Penyakit pertama adalah bersikap santai karena merasa sudah mencapai target-target Ramadan. Misalnya, target satu kali atau lima kali mengkhatamkan Al-Qur'an selama Ramadan, ternyata sudah tercapai sebelum Ramadan berakhir. Karena target sudah tercapai, kita menjadi santai, merasa sudah cukup amalannya.

Banyak orang yang bersantai di akhir Ramadan karena merasa sudah banyak amalnya. Sejak awal Ramadan hingga hari ini, merasa telah banyak tilawah, merasa telah banyak berdzikir, merasa telah banyak infak, merasa telah banyak istighfar, merasa telah banyak berdoa, sehingga merasa amalnya sudah cukup.

Mereka menjadi bersantai di akhir Ramadan karena merasa sudah banyak amal dan sudah puas dengan banyaknya amal yang telah dikerjakan. Betapa rugi kalau merasa sudah puas dengan banyaknya amal yang kita lakukan, padahal Ramadhan masih bersama kita.

Imam Ibnul Qayyim berkata, "Puas dengan ketaatan yang telah dilakukan adalah di antara tanda kegelapan hati dan kebodohan. Keraguan dan kekhawatiran dalam hati bahwa amalnya tidak diterima harus disertai dengan mengucapkan istighfar setelah melakukan ketaatan. Hal ini karena dirinya menyadari bahwa ia telah banyak melakukan dosa-dosa dan banyak meninggalkan perintah-Nya."

Penyakit berikutnya adalah sibuk menyiapkan keperluan lebaran dan mudik. Sebagian dari umat muslim berpindah dari kesibukan masjid dan mushalla, menuju kesibukan mal, super market dan online shop. Berbelanja, membeli baju lebaran, menyiapkan parcel, dan lain sebagainya.

Salah satu keberkahan yang ada di bulan Ramadan adalah larisnya dagangan, banyaknya keuntungan para pedagang, alhamdulillah. Berjubel masyarakat di toko busana dan pusat perbelanjaan, demi menyambut Idul Fithri yang istimewa. Namun hendaknya diingat, semua aktivitas menyambut lebaran jangan sampai melalaikan kekhusyukan di akhir-akhir Ramadan.

Jika waktu dan perhatian dihabiskan untuk menyiapkan baju dan bingkisan lebaran, merugilah kita. Karena Ramadan demikian istimewa. Kita bisa membeli baju lebaran, sebelum Ramadan. Seperti para jama'ah haji dan umrah yang sudah membeli hadiah sebelum berangkat haji dan umrah.

Siapkan diri dan keluarga sebaik-baiknya untuk memasuki Ramadan mulia, dengan berbelanja keperluan lebaran pada bulan Sya'ban. Hal-hal yang tak akan cepat basi, seperti bahan parcel dari jenis makanan kering, wadah parcel dan perlengkapannya, baju, sarung, kerudung, busana muslimah untuk lebaran dan lain sebagainya---bisa diselesaikan pada bulan Sya'ban.

Semua itu demi kekhusyukan Ramadan. Agar saat akhir Ramadan tidak sibuk dan habis waktu untuk menyiapkan keperluan lebaran. Berbagai hal yang memungkinkan, sudah selesai di bulan Sya'ban. Tinggal hal-hal kecil yang harus disiapkan sesaat, seperti lontong dan opor untuk lebaran.

  • Merasa Yakin Amalnya Sudah Diterima

Penyakit berikutnya adalah merasa semua amalnya selama Ramadan telah diterima Allah. Ini menjadi penyakit yang sangat berbahaya --jika tidak menyisakan kekhawatiran apakah amalnya diterima Allah atau tidak. Orang-orang salih zaman dulu sangat khawatir jika amalmereka tidak diterima.

Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitab Latha'if Al-Ma'arif berkata, "Sebagian salaf (orang salih zaman dulu) berkata, 'Dahulu mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan lagi dengan Ramadan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadan) yang telah mereka lakukan".

Orang salih zaman dulu selalu berdoa agar amal mereka diterima Allah. 'Ali bin Abi Thalib menyatakan, "Mereka (para salaf) begitu berharap agar amalan-amalan mereka diterima daripada banyak beramal". Ibnu Dinar mengatakan, "Tidak diterimanya amalan lebih aku khawatirkan daripada banyak beramal."

Fudhalah bin 'Ubaid menyatakan, "Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima dariku satu amalan kebaikan sebesar biji saja, maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya, karena Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa" (QS. Al Maidah: 27).

Hendaknya kita merasa khawatir bahwa semua amal kebaikan kita tidak diterima Allah, oleh karena itu di penggal akhir Ramadan ini kita perbanyak istighfar dan taubat. Perbanyak pula doa agar semua amal kita diterima Allah sebagai kebaikan yang berlipat-lipat pahalanya.

Allah Ta'ala berfirman, "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (QS. Al-Mu'minun: 60)

Aisyah ra berkata, "Aku telah bertanya kepada Rasulullah saw tentang ayat ini, apakah mereka orang-orang yang minum khamr, pezina, dan pencuri? Beliau menjawab, "Tidak, wahai putri Ash-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, menunaikan shalat dan shadaqah namun mereka takut kalau amalnya tidak diterima" (HR. Muslim no. 1905).

Inilah beberapa jenis PAR yang wajib kita ketahui dan wajib kita waspadai. Jangan sampai kita terpapar, diakhir Ramadan yang semestinya membuat kita bisa lebih banyak beribadah dan melakukan penyucian diri.

Bahan Bacaan

Muhammad Abduh Tuasikal, www.rumaysho.comĀ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun