Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.
Mereguk Nutrisi Batin dari Film Religi Saat Ramadan
Selain batin terhibur, film religi dapat juga memenuhkan kebutuhan pikiran. Sebab, film religi mengandung cerita. Dan, cerita itu bisa dicerna oleh pikiran.
Apalagi kalau selepas filmnya rampung, lalu ada yang berinisiatif mendiskusikan isi ceritanya. Ini cara yang akan semakin menyehatkan pikiran karena banyak nutrisi yang bisa didapat.
Karenanya, dalam mendiskusikan isi cerita dalam film tidak perlu serius. Santai saja. Bahkan, sesekali diselipi rasa humor. Dengan begitu akan membuka peluang munculnya ide-ide.
Misalnya, bisa berupa kesaksian tentang hidup yang berkaitan dengan isi cerita dalam film. Bisa juga menceritakan bagian cerita yang menginspirasi. Mungkin bisa pula mempercakapkan tokoh-tokoh cerita dalam film.
Dalam proses ini, disadari atau tidak, masing-masing orang yang terlibat dalam bincang-bincang akan mendapatkan nutrisi batin yang penting bagi hidup.
Yang dimaksud nutrisi batin adalah nilai-nilai kehidupan yang dapat diungkap dari isi cerita film, yang mengait dengan realitas kehidupan dalam masyarakat.
Di antaranya adalah tentang semangat hidup, rasa syukur, kejujuran, tanggung jawab, saling membantu, peduli, dan rela berkorban. Ini semua nutrisi batin yang baik bagi kelangsungan hidup.
Apalagi akhir-akhir ini banyak fenomena dalam masyarakat yang sering-sering kontra produktif.
Misalnya, adanya perilaku pamer dari beberapa publik figur, adanya penyelewengan jabatan, adanya tindak kejahatan keuangan, dan tindak kejahatan fisik.
Nah, menonton film religi --lebih-lebih secara bersama-sama dalam keluarga-- saat Ramadan yang dapat memberi nutrisi batin akan dapat menjadi benteng (kita) dalam menghadapi pengaruh buruk dalam kehidupan.