Pandu Pratama Putra
Pandu Pratama Putra Penulis

Sekarang bekerja sebagai seorang Widyabasa Ahli Pertama. Memiliki kegemaran dalam bidang kepenulisan dan kesastraan. Sangat antusias terhadap teknologi dan game.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sederhana adalah Sejatinya Ramadan

1 April 2023   03:05 Diperbarui: 1 April 2023   04:04 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mungkin tidak akan pandai menyampaikan ayat atau hadis yang memperkuat tulisan ini. Tapi tentang Ramadan yang harus kita sambut dengan sederhana bisa digambarkan lewat bagaimana Allah tidak menyukai umatnya untuk berlebih-lebihan. Apalagi soal Bulan Ramadan yang merupakan Bulan Mulia.

Puasa meminta kita untuk menahan berbagai macam hal untuk merasakan bagaimana hidup dengan kesusahan dan berbagai macam kekurangan. Tentu esensi itu harusnya bisa kita tangkap bukan dengan mencederainya melalui buka puasa dengan kalap atau lebaran dengan puluhan baju mahal yang memenuhi lemari.

Ini adalah tahun kedua saya bertiga dengan istri dan anak untuk berpuasa bersama-sama. Ini juga jadi tahun kedua kami untuk berpuasa di rumah kami yang belum jadi. Iya, kami bahkan tidak malu menyebut rumah yang kami tinggali saat ini adalah rumah belum jadi.

"Om, pesan air galon diantar ke rumah belum jadi di gang xxx." Begitulah kira-kira chat saya setiap kali kami minta diantarkan air isi ulang. Kami telah menetapi rumah kami dengan semua keterbatasannya lebih dari setahun.

Sumber gambar: Foto oleh Rene Asmussen: https://www.pexels.com/id-id/foto/renovasi-rumah-3990359/
Sumber gambar: Foto oleh Rene Asmussen: https://www.pexels.com/id-id/foto/renovasi-rumah-3990359/

Akibat dari rumah belum jadi itu. Saya bersama istri sepakat untuk menahan banyak pengeluaran keluarga untuk kembali menabung dan menuntaskan rumah yang kami huni ini hingga setidaknya jadi sebagaimana seharusnya. Buntut dari upaya kami untuk mengurangi porsi pengeluaran keluarga membuat Ramadan kami tahun ini juga harus sangat sederhana.

Kesederhanaan itu terpancar dari menu berbuka kami dan bagaimana kami berusaha tidak kalap ketika pergi keluar dan berburu takjil. Ramadan kali ini, kami hanya membeli satu jenis takjil lalu di rumah kami tambahkan dengan lima atau empat butir kurma yang lebih dari cukup untuk kami bertiga. Minuman kami juga sesekali saja membeli satu jenis es dan lebih banyak berbuka dengan air putih.

Setiap kali kami berbuka. Hidangan kami sangat pas. Tidak ingin menambah atau merasa kurang. Biasanya setelah itu kami akan makan makanan berat setelah sholat Maghrib atau setelah sholat Tarawih.

Tepat di hari kedua. Saya berujar pada istri.

"Ini kayaknya makna puasa sebenarnya. Kita harus diminta bersyukur atas apa yang kita miliki."

"Betul. Enggak mubazir." Sahut istri saya.

Kami di tahun sebelumnya, baik sebelum atau setelah punya anak, memang sering melakukan kemubaziran kala Ramadan. Kami beli banyak takjil dan tidak melahap semuanya. Kerap kali takjil bersisa dan pada akhirnya harus dibuang karena tidak dapat disimpan untuk berbuka esok harinya. Padahal. Banyak orang di luar sana yang makanan sisa dan basi pun tetap dimakan karena hanya itu yang dapat mereka makan.

Saya merasa Ramadan ini adalah Ramadan yang membawa saya mengenali arti hidup sesungguhnya.

Ramadan = Sederhana

Ramadan = Hidup sesungguhnya

Hidup sesungguhnya = Sederhana

Lewat pemikiran itu saya rasa Ramadan adalah bulan paling tepat untuk merenungi hakikat hidup sesungguhnya. Tidak berlebih-lebihan adalah kunci utama kehidupan. Kadang kita merasa pada titik di mana hidup terasa aman dengan penghasilan yang cukup. untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan. Kita beli banyak hal tanpa pikir panjang dan berakhir dengan tidak maksimalnya sesuatu itu kita gunakan. Tidak jarang lebih banyak hal kita buang san sia-siakan dibanding termanfaatkan dengan baik.

Kami rasa kami dapat memaknai Ramadan sedikit lebih baik tahun ini. Tapi, semoga kami diberikan ke-istiqomah-an untukdapat memaknai Ramadan dengan sederhana pula ketika nanti menghadapi moment lebaran. Setidaknya, saya dan keluarga akan terus berusaha lebih baik walaupun tentu tidak akan sempurna. Semoga kita diberikan lindungan oleh Allah SWT dan rezeki yang berkah untuk keluarga. Amiiinn.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun