Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.
Menakar Lapar Saat Puasa Dan Tidak Puasa
Sigmund Freud menjelaskan dalam teori psikoanalisis manusia memiliki id (das es), ego (das ich) dan superego (das Uber ich). Didalam puasa ada sebuah keyakinan, kepercayaan, ketakwaan dan kekuatan batin. Menahan diri dari yang membatalkan merupakan ranah id/das es/naluri/insting dalam mengendalikan dorongan biologis berupa aspek keinginan menjaga keberlangsungan hidup hingga kenikmatan (pleasure principle). Dari naluri sudah ada kekuatan batin yang melekat, maka ego dan superego lebih menjaga, mencintai, berpikir positif, pantang menyerah, ikhlas dan tanpa beban.
Hebatnya otak merespons kinerja HL dan HVM dengan baik karena tuntutan naluri tidak membebani. Akhirnya pusat kenyang dan pusat lapar enggak melulu mikirin makan makan dan makan. Saat stimulus kekuatan batin meningkat segala bentuk obstacle dapat teratasi dengan baik. Apalagi yang kita sama-sama ketahui didalam Puasa Ramadhan ada pahala yang berlipat ganda. Sebagaimana sabda Rasulullah "Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa sampai 700 kali". Allah SWT berfirman "kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan aku sendiri yang membalasnya..." (HR Muslim, An Nasai, Ad Darimi dan Al Baihaqi) Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946.
Semoga puasa kita menjadi ladang-ladang manfaat dengan buah manis yang dapat kita nikmati kini dan nanti.
Bogor Barat, 6 April 2022
Salam,
Sri Patmi