Paulus Tukan
Paulus Tukan Guru

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

3 Makna Fenomenal "Putar Balik" dalam Bulan Suci Ramadhan

11 Mei 2021   21:15 Diperbarui: 11 Mei 2021   21:20 1503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Makna Fenomenal "Putar Balik" dalam Bulan Suci Ramadhan
Ilustrasi putar balik (Kompas.com)

Pelanggaran terhadap SE ini akan dikenakan sanksi denda, sanksi sosial, kurungan dan/atau pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sebagai tindak lanjut dari surat edaran tersebut, dibuatlah penyekatan-penyekatan di ruas-ruas jalan strategis yang dijaga ketat oleh petugas gabungan Polri/TNI dan Dishub. Setiap kendaraan yang akan melintas ditahan dan diperiksa. Semua kendaraan, pribadi maupun umum yang terindikasi hendak mudik, oleh petugas disuruh untuk putar balik, alias kembali ke asal.

Fenomena "putar balik" di sini mengindikasikan memudarnya dua karakter bangsa.

Pertama, cinta.  

"Putar balik" karena dipaksa oleh aparat di lokasi penyekatan menjadi indikasi bahwa cinta atau mencintai telah pudar oleh kesenangan, bahkan kebanggaan. Seseorang yang memutuskan untuk mudik di tengah pandemi Covid-19 adalah keputusan yang emosional. Karena senangnya, bisa juga karena bangganya bisa membawa pulang kendaraan (roda dua atau empat), atau barang elektronik, telah menenggelamkan nalarnya.  Mestinya ia sadar bahwa kehadirannya di kampung halaman memberi peluang tertularnya virus Corona kepada orang-orang yang dicintainya: orangtua, kakak-adik dan sanak saudaranya, terutama lansia yang rentan terhadap penyakit. Menyesal kemudian, tak ada gunanya, kata pepatah.

Kedua, kepatuhan.

"Putar balik" merupakan fenomena memudarnya karakter kepatuhan. Sebagai warga negara yang baik, kita hendaknya patuh terhadap hukum atau aturan yang berlaku. Niat untuk mudik (apalagi saja lolos pemeriksaan), mengindikasikan bahwa seseorang dengan sengaja melanggar surat edaran pemerintah di atas. Bukankah aturan di atas dibuat untuk kepentingan keselamatan kita bersama? Kepatuhan berawal dari kedisiplinan diri sendiri.

#2 Putar balik sebagai perkataan yang berbelit-belit. 

Salah satu makna "putar balik" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berbelit-belit (tentang perkataan dan sebagainya). Puasa Ramadhan adalah momen penting untuk meneliti diri, apakah saya termasuk pribadi yang "putar balik" selama ini. Disadari atau tidak, sengaja atau tidak, saya mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya; sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Jangan-jangan saya pernah atau sering menyebarkan berita bohong atau hoax. Maka, Idul Fitri akan membawa perubahan positif. Saya akan bersikap bijak dalam mengekspresikan pengetahuan, pengalaman dan perasaan kepada sesama dalam perjumpaan atau melalui media sosial.

#3 "Putar balik" sebagai belajar dari pengalaman.

Dalam konteks bulan suci Ramadhan, "putar balik" menjadi satu upaya sadar seseorang untuk melihat kembali sepak terjangnya selama ini. Sebagai manusia, kita adalah makhluk rapuh. Rapuh pikiran, rapuh perbuatan dan rapuh perasaan. Ramadhan menjadi momen penting bagi setiap umat Muslim untuk merefleksikan diri, mengakui segala kelemahan, kesalahan, dosa yang pernah diperbuat, dan memohon belas kasih, memohon ampunan kepada Allah SWT. Dengan begitu, ketika Idul Fitri, kita (umat Muslim) lahir sebagai manusia baru; manusia yang berhasil membersihkan diri, berhasil mengendalikan diri dari berbagai godaan dari sesama maupun setan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun