Pende Lengo
Pende Lengo Mahasiswa

Gadis Gingsul Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Juara Rapi-rapi Rumah Jelang Lebaran Jatuh Kepada Aku

6 April 2024   21:46 Diperbarui: 6 April 2024   21:50 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juara Rapi-rapi Rumah Jelang Lebaran Jatuh Kepada Aku
Rapi-rapi rumah jelang lebaran. Dokpri edit Canva 

 

Ramadan sebentar lagi pergi meninggalkan rumah kita, berganti Syawal dengan segala momen dan kemenangan hari lebaran. Sudahkah memanfaatkan waktu terbaik ini untuk memaksimalkan ibadah dan amalan yang pahalanya dilipatgandakan ini? Sudahkah kita memohonkan ampunan seluasnya untuk dosa dosa kita yang lampau? Semoga saja sudah, dan segera diberikan-Nya.

Menjelang lebaran, mungkin kita akan rapi rapi kembali keadaan rumah guna menyambut tamu saudara saudari kita menyambung tali silaturahmi.

Tema Ramadan bercerita kali ini edisi hari kedua puluh tujuh adalah rapi-rapi rumah jelang lebaran. Kalau dengar topik kali ini, kadang suka kasihan sama orang yang belum punya rumah, yang tidurnya digelar tikar di pinggir jalan, hidup sebatang kara atau terpisah sama keluarganya. Semoga saja mereka sehat selalu dan bisa merasakan nikmat hari kemenangan datang.

Oke kalau tentang rapi rapi rumah ini pasti aku juaranya, bahkan sebelum aku tahu apa itu arti dari rapi aku sudah bisa melakukannya. Apalagi ditambah jelang lebaran, duh aku lah juaranya ini dijamin, karena kontestan lain memang gak berminat.

Kali ini izin pakai kata ganti saya jadi aku lagi ya. Kita cerita cerita aja, biar tambah akrab. Menjelang hari lebaran, supaya santai suasananya, sambil nunggu THR ~barangkali teman teman Kompasianers mau ngasih.

Setiap tahun jelang lebaran bahkan dari kecil, sejak aku tahu sapu itu fungsinya untuk membersihkan lantai, serok serok itu temannya sapu buat letakin sampah sementara, kala itu pula aku didapuk entah oleh siapa sebagai kepercayaan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dalam kebersihan rumah.

Hahaha agak dramatis memang kalimat di atas, tapi benar demikian adanya. Sebenarnya memang belajar dari papa. Beliau pandai sekali dalam segala hal, termasuk dengan rapi rapi rumah ini. Jadi semakin bertumbuh, aku semakin paham dalam konsep penataan barang, rapi rapi segala pernak pernik, dan kebersihan rumah ditambah halaman.

Menjelang lebaran, itu terus kerjaku, rapi rapi rumah. Sampai sampai aku hapal betul baju yang dibeli bulan apa tahun sekian, begitu pula barang barang elektronik lainnya di rumah meski tidak tertulis kapan tanggal belinya, aku hapal setiapnya.

Berikut mungkin beberapa tips rapi-rapi rumah jelang lebaran dari aku sebagai anak kedua yang paling bisa diandalkan.

Pertama, berpikir. Memang untuk rapi rapi rumah ini tidak boleh dilakukan sembarangan, perlu pemikiran yang kompleks untuk menuntaskannya biar hasil yang kita harapkan bisa tampak di akhir.

Untuk menyiasati ini, aku paling tidak suka kalau rapi rapi rumah tapi hanya karena disuruh orang, hal itu tentu membuat hati dongkol dan otak tidak bisa berpikir.

Kedua, melakukannya saat keadaan rumah sepi aktivitas apa pun. Sudah kubilang di atas kalau aku tidak suka rapi rapi rumah hanya disuruh orang, selain itu aku juga tidak suka melakukannya saat di rumah masih banyak orang. Nunggu orang rumah pergi atau tidur dulu, biar proses berpikir tadi lancar, hati senang, semangat memancar dan bisa menuntaskannya secepat kilat. Kalau orang rumah tidak kunjung pergi, kusuruh diam dan jangan dulu mengajak bicara.

Sampai pernah, kakakku aja heran, bangun bangun rumah udah rapi, bersih, wangi dan kinclong.

Ketiga, melakukannya tanpa suara. Mungkin orang lain kalau sedang rapi rapi rumah mereka akan sambil mendengar musik atau bersenandung ria. Tapi itu tidak berlaku padaku, aku akan melakukannya dalam hening. Selain karena sambil berpikir juga menghemat tenaga karena sedang dalam keadaan puasa. Mengingat juga karena napasku pendek sebab pernah kecelakan sewaktu kecil ketumpahan air panas di dada kiri, belakangan ini sering cepat pening dan pusing kalau terlalu diforsir.

Terakhir, melakukannya sambil mengingat nikmat Tuhan seraya mensyukuri usia hidup. Mungkin sebagian orang hanya fokus di momen lebarannya tanpa sadar kalau banyak sekali nikmat yang diberikan Allah SWT sepanjang usia hidup yang telah kita lewati.

Setiap tahun ketika momen rapi rapi rumah jelang lebaran aku selalu mengucap syukur masih diberikan kesempatan berjumpa Ramadan. Bersyukur masih punya rumah tempat bernaung. Bersyukur masih punya sanak saudara, yang akan kita bagikan cerita di esok harinya. Dan bersyukur masih ditetapkannya iman di hati.

Demikian, terkait dengan rapi rapi rumah jelang lebaran yang juaranya jatuh kepada aku. Semoga hidup kita selalu berlalu dalam hal yang bermanfaat. Salah satunya yakni dengan memaksimalkan malam Lailatul Qadar dengan penuh ibadah pengharapan.

Ubay bin Ka'ab radhiyallaahu 'anhu berkata tentang Lailatul Qadar;
"Demi Allah, sungguh aku mengetahuinya. Sejauh pengetahuanku malam itu adalah malam yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintah kami untuk menghidupkan malamnya dengan shalat, malam itu adalah malam ke 27."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun