Philip Manurung
Philip Manurung Dosen

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Saat Puasa, Perampok Mengintai di Luar Bank

8 Mei 2019   06:38 Diperbarui: 8 Mei 2019   06:50 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Puasa, Perampok Mengintai di Luar Bank
Ilustrasi. Sumber: healingmag.com

Masih segar dalam ingatan saya ketika dulu masih sering mendampingi (supervising) rekan-rekan salesman menjalankan rutenya waktu bulan puasa. Dari mereka saya banyak mendengar cerita-cerita seru bak film-film Hollywood. Hidup mereka yang keras seperti dunia wild wild west.

Hidup mereka yang keras seperti dunia wild wild west.

Seorang bercerita, sekali waktu dari kaca spion ia melihat sebuah sepeda motor RX-King membuntuti mobil boks mereka. Waktu itu ia dan rekannya sedang dalam perjalanan pulang ke kantor di jalan lintas Timur Sumatera. Kiri dan kanan hanya ada perkebunan sawit.

Ia menyadari kesalahannya: mereka pulang terlalu sore. Sementara di mobil mereka tersimpan uang tunai berjumlah Rp 40 juta hasil penjualan hari itu. Padahal, dalam briefing pagi, supervisor mereka telah mengingatkan untuk mengurangi penjualan secara tunai.

Tanpa pikir panjang, ia larikan mobil secepatnya agar keluar dari wilayah perkebunan itu. Pedal gas ditampar sampai habis. Para penguntit terpacu. Kejar-kejaran ala Hollywood tak terhindari.

Pedal gas ditampar sampai habis. Para penguntit terpacu. Kejar-kejaran ala Hollywood tak terhindari.

Dengan tangkas berkali-kali ia membanting setir secara zig zag untuk menghalangi RX-King mendahului. Hampir setengah jam seperti itu. Syukur, akhirnya mereka menemukan sebuah kantor Polsek. Motor King mendadak hilang dari kaca spion.

Sudah menjadi rahasia umum, besarnya perputaran uang di bulan Ramadan memancing penjahat-penjahat kambuhan keluar dari sarangnya. Ironis dan cukup disesalkan. Sebab, seharusnya bulan puasa diisi dengan aktivitas-aktivitas orang saleh yang mendatangkan berkah.

Masa Ramadan hingga menjelang Lebaran merupakan periode yang rawan kejahatan, terutama berkaitan dengan perbankan, Pegadaian, atau money-changer. Para perampok memiliki insting khusus untuk membedakan, yang mana keluar dari gedung menarik uang, dan yang mana baru menyetor uang.

Para perampok memiliki insting khusus untuk membedakan, yang mana keluar dari gedung menarik uang, dan yang mana baru menyetor uang.

Di luar mereka menunggu dalam bayang-bayang. Kamuflase merupakan salah satu keahlian mereka. Begitulah modus kejahatan mereka.

Ambil contoh perampokan nasabah bank yang keji dua Ramadan silam. Sekawanan perampok menggondol tas berisi uang Rp 350 juta dari dalam mobil Davidson Tantono (30) di jalan raya Daan Mogot, Jakarta Barat. David sendiri ditembak di kepala. Rupanya, korban telah dibuntuti sejak mengambil uang di bank BCA kawasan Kebon Jeruk.

Demi mengantisipasi perampokan pada salesman, banyak perusahaan distribusi memberlakukan kebijakan cashless atau credit-only selama bulan Ramadan. Kewaspadaan ditingkatkan, termasuk di tempat penginapan. Mobil boks harus diparkir membelakangi tembok atau saling berhadapan back-to-back.

Kejahatan lain yang kerap terjadi pada bulan puasa adalah peredaran uang palsu. Sekali lagi, para salesman-lah yang paling rentan menjadi korban dari kejahatan ini. Karena itu, ketika bulan puasa tiba, banyak doa dinaikkan agar mereka tidak kejatuhan nasib sial pulang membawa uang palsu ke kantor.

Sebenarnya tidak cukup sulit membedakan uang palsu dengan uang asli jika kita mau memperhatikan dengan saksama. Di bulan puasa banyak poster-poster cara mengenali uang palsu ditempel. Tinggal ikuti saja. Hanya saja, dipicu keletihan dan dehidrasi, serta ingin cepat-cepat menuntaskan pekerjaan, banyak yang tidak disiplin.

Kajian kriminologi menunjukkan bahwa maraknya tindak kejahatan selama Ramadan dipengaruhi oleh jurang kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Orang-orang yang berpendidikan rendah sulit mendapatkan pekerjaan tetap. Kesulitan ekonomi plus pergaulan yang buruk mendorong mereka nekat melakukan kejahatan.

Itulah sebabnya, masyarakat selalu menyambut baik operasi-operasi jelang Lebaran yang diadakan Polri. Tahun ini, Operasi Pekat Jaya 2019 menargetkan pelaku-pelaku kejahatan di jalanan maupun di angkutan umum, premanisme, hipnotis, perampokan, debt collector, judi, dan lain-lain (http://tribratanews.polri.go.id; 7/5).

Tahun ini, Operasi Pekat Jaya 2019 menargetkan pelaku-pelaku kejahatan di jalanan maupun di angkutan umum, premanisme, hipnotis, perampokan, debt collector, judi, dan lain-lain.

Operasi yang berlangsung selama 15 hari di bulan puasa itu nantinya disambung dengan Operasi Ketupat. Diharapkan dengan adanya operasi gabungan tersebut, jumlah kejahatan selama Ramadan mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. 

Masyarakat dapat berpartisipasi dengan turut menimimalkan resiko. Bila menarik uang tunai yang cukup besar, mintalah pelayanan kawal polisi dari bank yang bersangkutan. Kehadiran petugas berseragam akan menciutkan nyali perampok yang mengintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun