Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Freelancer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tjoet Nja' Dhien dan Titian Serambut Dibelah Tujuh: Film (Religi) Terbaik Indonesia

6 April 2023   11:16 Diperbarui: 6 April 2023   11:34 1560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tjoet Nja' Dhien dan Titian Serambut Dibelah Tujuh: Film (Religi) Terbaik Indonesia
Tjoet Nja' Dhien film terbaik dan penting ditonton orang Indonesia | Foto: Imdb.com

Mungkin sudah ribuan atau belasan ribu judul film Indonesia yang telah ditayangkan di bioskop dan kemudian televisi tanah air sejak bangsa ini memproduksi film di tahun 1926. Meskipun film pertama berjudul Loetoeng Kasaroeng disutradarai dan diproduseri oleh orang Belanda, L. Heuveldorp, ketika masa sebelum kemerdekaan negeri ini masih bernama Hindia Belanda.

Dari jumlah tersebut yang umum terbagi berdasarkan genre yaitu drama, komedi, horor, thriller, dan kombinasi. Untuk Indonesia dikenal juga film religi, walaupun  apakah tepat dimasukan ke dalam genre tersendiri?

Terlepas dari itu faktanya film jenis ini cukup banyak diproduksi dan banyak menyedot penonton. Secara sederhana film religi bisa diartikan sebagai film dakwah. Ceritanya memuat unsur keagamaan dan pesan yang ingin disampaikan.

Sedang cara penyampaiannya bisa straight to the point seperti film-filmnya Rhoma Irama di mana pesan agama kerap keluar baik dari dialog maupun isi lagu yang disampaikan. Rhoma Irama punya jejak penting dalam perfilman nasional di genre drama musikal religi jika boleh ditambahkan. Bahkan Rhoma Irama pernah mengajak  K.H. Zainuddin MZ, yang saat itu menjadi ulama yang sangat populer untuk bermain di film Nada dan Dakwah.

Yang cukup menarik menjadi catatan, dalam film-film Rhoma Irama saat itu, tokoh dan karakternya pada saat itu tidak  berpenampilan "islami" seperti pemakaian hijab untuk perempuan dan baju koko untuk laki-lakinya. Tokoh yang diperankan Rhoma Irama menggunakan celana kulit, celana cutbray, dan kaos ketat, model pakaian yang ngetrend di kala itu. Begitu juga tokoh perempuan yang diperankan oleh Yati Octavia, Ricca Rahim, Camelia Malik, atau Ida Iasha tidak menggunakan jilbab.

Cara penyampaian straight to the point sangat terasa di film religi saat hijab telah menjadi trend busana yang penting di Indonesia di awal 2000-an. Sebut saja judul-judul seperti Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Surga yang Tak Dirindukan, 99 Cahaya di Langit Eropa, Langit Terbelah di Langit Amerika, Assalamualaikum Beijing, Hijrah Cinta, Dalam Mihrab Cinta, Cinta Suci Zahrana, Ayat-Ayat Adinda, Merindu Cahaya De Amstel, dan lain-lain.

Meskipun kemudian ada variasi lain dari film religi dari segi cerita dan penokohan pada judul-judul seperti Tanda Tanya, Mencari Hilal, 321 (Tiga Hati, Dua Dunia, Satu Cinta), Emak Ingin Naik Haji, Laskar Pelangi, Di Balik Lindungan Ka'bah, dan lain-lain.

Ada juga film (semi) biografi yang karena tokohnya merupakan tokoh religius maka bisa dimasukkan ke dalam film religi seperti Sang Kyai, Sang Pencerah, Habibie & Ainun, dan yang akan tayang di masa lebaran ini ada Buya Hamka.

Cerita religi dengan tema perempuan muslim dengan permasalahannya dalam urusan cinta, rumah tangga, karier, serta impian adalah yang paling banyak diproduksi.

Jadi sudah berapa banyak film religi yang dibuat di tanah air? Penulis tidak tahu. Tapi sebagian besar dari judul di atas penulis sudah menontonnya.

Titian Serambut Dibelah Tujuh berisi kritik sosial bagi umat Islam yang menohok | Foto: Imdb.com
Titian Serambut Dibelah Tujuh berisi kritik sosial bagi umat Islam yang menohok | Foto: Imdb.com

Dari sekian banyak film religi yang diproduksi, ada dua judul film yang menurut penulis dapat dimasukkan ke dalam film religi dan juga merupakan film terbaik yang pernah dibuat oleh insan film Indonesia, yaitu:

1. Tjoet Nja' Dhien

Film Tjoet Nja' Dhien dirilis tahun 1988 setelah dua tahun masa produksi. Film ini ditulus dan disutradarai oleh Eros Djarot tentang perjuangan pahlawan nasional dari Aceh, perjuangan perang gerilys sekitar enam tahun dari masa Teuku Umar, suami dari Tjoet Nja' Dhien meninggal hingga Tjoet Nja'Dhien ditangkap dan ditahan oleh Belanda akibat pengkhianatan Pang Laot, asisten terdekatnya sendiri.

Film ini merupakan film religi terbaik di mana agama (Islam) menjadi pedoman hidup dan kekuatan Tjoet Nja' Dhien yang dibantu oleh pasukannya dan rakyat Aceh untuk melawan penjajahan dan penindasan yang tidak berperikemanusiaan.

Meskipun harus berjuang susah payah mengangkat senjata, bergerilya dan hidup di hutan, Tjoet Nja' Dhien memberi contoh kita untuk berikhtiar, berusaha sekuat tenaga menghilangkan segala bentuk penjajahan di dunia, mempertahankan hak dan martabat sebagai manusia merdeka sebagaimana Tuhan menciptakan umatnya. Peran perempuan bisa sebegitu penting dan besarnya karena menjaga cinta dan amanah suami dan meneruskan perjuangannya.

Ini adalah film penting tidak hanya bagi Christine Hakim yang memerankan tokoh Tjoet Nja' Dhien atau semua kru yang terlibat, Tjoet Nja' Dhien adalah film terbaik dan penting ditonton oleh orang Indonesia.

2. Titian Serambut Dibelah Tujuh

Film ini ditayangkan tahun 1982, ditulis oleh Asrul Sani dan disutradarai oleh Chaerul Umam.

Judul film ini mengingatkan kita akan kalimat ihdinash- shiroothol-mustaqiim yang terdapat dalam ayat ke-6 surat Al Fatihah, yang artinya tunjukilah kami jalan yang lurus.

Selain itu terdapat pemahaman berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW bahwa kelak manusia harus melewati jembatan shiroothol mustaqiim, yaitu jembatan yang sangat tipis dan tajam, setipis rambut yang dibelah tujuh dan setajam pedang, di mana di bawahnya adalah neraka dengan api yang berkobar. Hanya manusia yang berpegang teguh pada Allah SWT dan amal baiknya melebihi dosanyalah yang bisa selamat menuju surga.

Asrul Sani pernah menyutradarai skenario yang ditulisnya pada tahun 1959 tapi tidak terdokumentasi dengan baik sehingga tidak bisa ditonton lagi. Kemudian dengan naskah yang sama Chaerul Umam, sutradara yang terkenal religius ini membuat ulang di tahun 1982.

Bercerita tentang Ibrahim, yang diperankan oleh El Manik, guru muda yang teguh, menemukan kejanggalan-kejanggalan dalam kehidupan kampung yang akan dia tinggali. Kehidupan masyarakatnya diibaratkan sebagai layang-layang putus.

Sementara Sulaeman, yang diperankan oleh Rachmat Hidayat, selaku guru agama dan sesepuh kampung, kehidupannya malah banyak dipengaruhi kebejatan moral Harun, yang diperankan Sukarno M. Noor (ayah dari Rano Karno) dengan cemerlang. Harun adalah orang terkaya di kampung itu, yang hidupnya dihiasi perjudian dan perbuatan cinta sejenis meskipun mempunyai istri Jamilah.

Plot Jamilah bisa jadi diambil dari kisah Nabi Yusuf di mana dicintai oleh salah satu istri raja yang lalu memfitnahnya melakukan pelecehan seksual karena Nabi Yusuf menolak cinta sang istri raja. Jamilah menuduh Ibrahim telah memperkosanya.

Selain itu Ibrahim juga harus berhadapan dengan Sulaiman, guru tua yang mengajar agama dengan keras dan konservatif sehingga Ibrahim dianggap sebagai saingan yang membawa pengaruh buruk pada masyarakat.

Ibrahim juga harus berhadapan dengan Arsad, pemuda brandalan yang tidak suka dengan kehadirannya, terutama karena Ibrahim pernah memergoki Arsad ketika memperkosa Halimah, gadis desa yang kemudian dianggap sakit jiwa.

Cobaan, tantangan, dan ketabahan Ibrahim dalam memperjuangkan agama Allah ibarat jembatan shiroothol mustaqiim yang harus dilalui Ibrahim hingga akhirnya berhasil membuka kesadaran Islam yang baru bagi kehidupan di kampung itu.

Film ini dengan cantik mengangkat hipokrasi dalam masyarakat, mengaku beragama Islam tapi jauh dari tuntunan Islam. Guru agama seakan simbol yang bisa dimanfaatkan atau memanfaatkan kekuasaan padahal ada pelanggaran syariat.

Untuk film yang tayang di masa orde baru, film ini tidak hanya jadi kritik sosial bagi umat Islam untuk instrospeksi diri tapi juga kritik bagi penguasa yang cukup berani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun