Wujud Cinta adalah Saling Menjaga, Memaknai Silaturahmi di Tengah Pandemi
Wah Idul Fitri dua tahun terakhir ini rasanya sungguh sangat berat dilalui. Terjebak dalam situasi dan kondisi yang benar-benar menguji keimanan dan ketakwaan. Apakah sabar dalam menghadapi ujian ataukah sebaliknya? Lebaran tahun lalu ketika awal-awal pandemi rasa khawatir berlebihan selalu menghantui sehingga mau tidak mau tetap harus menahan diri untuk kembali ke kampung halaman dalam rangkah silaturahim bersama keluarga tercinta.
Seiring berjalannya wakti di era kenormalan baru harapan pada lebaran kali untuk pulang kampung semakin meninggi. Rasa rindu kampung halaman semakin membuncah tak tertahankan.
Apa mau dikata pemerintah menghimbau masyarakat untuk tidak mudik sebagai upaya menekan persebaran covid19 yang semakin ke sini arahnya semakin positif dan sebagai upaya preventif agar tidak terjadi gelombang covid19 kedua kalinya. Jangan sampai hal tersebut terjadi, jangan sampai mengulang lagi seperti tahun lalu yang begitu berat kondisinya untuk dilewati. Sepertinya perlu menahan diri lebih lama lagi untuk tidak mudik demi bumi yang lebih baik lagi.
"Menahan diri untuk tidak mudik bersilaturahim dengan keluarga di kampung halaman turut serta berkontribusi dalam menekan persebaran covid19"
Silaturahmi Virtual
Idul Fitri 1442 H kali ini sungguh menguji kesabaran. Muncul himbauan dari pemerintah untuk tidak mudik namun masih saja menerobos dan menerabas aturan yang telah ditentukan. Ramai media memberitakan dimana terjadi friksi di titik-titik penyekatan pemudik di berbagai kota antara petugas dan para pemudik. Kadang di situ merasa sedih melihat kondisi yang semakin runyam. Memang dilematis di mana di tanah rantau sudah tidak ada pemasukan karena terkena PHK namun untuk kembali ke kampung halamanpun rasanya sulit.
Di satu pihak pun para petugas juga mengorbankan waktu berkumpul bersama keluarga karena harus melakukan penjagaan ketat demi kondisi yang lebih baik. Semua pihak dalam keadaan yang sama-sama sulit. Sangat disayangkan jika harus terjadi gesekan yang menyulut emosi satu sama lain. Bukankah kita sesama manusia wajib saling menghormati satu sama lain? Mungkin saling berempati dapat meredam emosi yang terjadi. Semoga aturan ini benar-benar dipatuhi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Meski tak dapat melakukan mudik, pulang ke kampung halaman, setidaknya masih ada cara untuk tetap menjalin tali silaturahim dengan keluarga tercinta. Meski terpisah jarak dan waktu, silaturahim tetap dapat dilakukan berkat kemajuan teknologi.
Di era digital seperti ini dimana teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat, rasanya besilaturahim tanpa berjumpa raga masih dapat dilakukan. Mensiasatinya dengan melakukan video call dengan beragam aplikasi yang tersedia saat ini. Pun semua akan dapat mengerti dan memahami kondisi sehingga bagaimanapun upaya menjalin silaturahim akan tetap membuat hati tenang dan nyaman.