Main Bola, Berebut Tanda Tangan, dan Jaburan di Bulan Ramadhan
"Kehadiran Bulan Ramadhan begitu dinantikan, vibes-nya begitu khas sehingga sesekali tertawa kala teringat keseruan masa kecil di Bulan Ramadhan."
Bulan Ramadhan tiba, itulah saatnya frekuensi bermain dengan teman-teman di sekitar rumah semakin meningkat. Jam sekolah yang dipangkas tentunya berpengaruh besar, jadi makin sering main bersama teman-teman. Kebetulan usia kami tidak terpaut jauh, jadi semakin sefrekuensi semakin asyik saat bermain bersama. Ketika Bulan Ramadhan tiba, selalu saja tercipta sebuah kenangan saat bermain bersama teman-teman.
Gelak tawa yang tercipta begitu membekas, meski bertambah usia, bertambah luas circle pertemanan, namun kenangan itu tak akan mungkin lenyap di makan waktu. Seperti apa sih keseruannya? Saya akan coba sedikit berbagi cerita.
Main Bola, Godaan Membatalkan Puasa, dan Iman yang Naik Turun
Jam sekolah yang dipangkas dan libur Bulan Ramadhan adalah alasan banyaknya waktu luang. Jelas saja momen ini digunakan untuk bermain bersama teman-teman di tengah vibes Bulan Ramadhan yang begitu khas. Tidak perlu aplikasi pesan singkat, tidak perlu update story whatsapp untuk saling memberi berkabar. Selepas tarawih bersama, pasti muncul kesepakatan di antara kami untuk bermain sepak bola selepas subuh dan sebelum magrib. Soal ini kami selalu on time!
Makan sahur usai, bergegas ke masjid untuk menjalankan sholat subuh berjamaah, setelahnya kami pun bergembira ria bermain bola bersama, tanpa sepatu, gawang pun seadanya hanya dengan sandal sebagai penanda.
Sesekali kami bertanding dengan anak kampung sebelah. Jika hasil yang didapat kurang memuaskan, pada sore harinya sembari menunggu adzan maghrib kami pun bertanding bola kembali.
Herannya kok kami kuat ya meski berpuasa masih bisa bermain bola all out dalam dua sesi. Sepertinya kegembiraan itu yang mampu mengalihkan rasa lapar dan dahaga yang ada. Tapi, kadangkala juga muncul godaan untuk membatalkan puasa saat benar-benar tak mampu menahan nafsu dan godaan dari teman-teman yang mungkin saja imannya sedang turun.
Alhasil, ya mampir warung dan jajan es. Namanya juga manusia, namanya juga anak kecil, iman naik turun sudah pasti. Justru hal ini yang paling membekas, menghadirkan tawa kala tak sengaja mengingatnya, semakin menghangatkan suasana kala berjumpa bernostalgia bersama dengan sahabat masa kecil.
Berebut Tanda Tangan dan Jaburan
Kala Ramadhan tiba, biasanya ada tugas tambahan dari Bapak atau Ibu guru agama di sekolah. Seluruh siswa yang beragama Islam diberikan buku catatan kegiatan ramadhan.
Biasanya diminta untuk mencatan isi khotbah saat tarawih dan sebagai buktinya adalah tanda tangan khotib atau imam tarawih. Momen ini sungguh tak terlupakan, bagaimana tidak? Setelah salam rakaat terakhir sholat witir, saya dan teman-teman sudah siap ancang-ancang untuk mengantrekan tanda tangan, tak peduli meski imam sedang memimpin do'a.
Hal ini terjadi karena suatu alasan, yakni kami tak ingin kehabisan jaburan yang dibagikan oleh ibu-ibu selepas sholat tarawih. Jaburan? Ya, jaburan adalah makanan yang biasa dibagikan seusai kegiatan sholat tarawih berjamaah. Butuh keahlian khusus agar tetap kebagian, menyelinap di antara kerumunan orang dan kemampuan meraih makanan dengan cepat sangat dibutuhkan. Sebuah nostalgia keseruan masa kecil ketika Bulan Ramadhan hadir.
Momen-momen di saat Bulan Ramadhan begitu khas. Banyak sekali kenangan yang tercipta saat itu, saat masih kecil bersama teman-teman sepantaran. Keseruan itu begitu membekas dan tak kan lenyap dalam ingatan. Selalu saja menghadirkan tawa kala mengingatnya, apalagi saat berkumpul bersama dengan teman-teman masa kecil. Semakin menambah hangat suasana dengan bernostalgia bersama. (prp)