Puasa Melatih Kita Untuk Bangkit dalam Optimisme Normal Baru
Ketika dunia dipenuhi narasi protokol kesehatan Covid-19, normalitas kita mulai dilatih dan dibentuk. Memakai masker saat bekerja di luar, mencuci tangan usai bersalaman dengan setiap orang, dan menjaga jarak saat berada di tempat-tempat umum yang mengundang keramaian.
Kita juga "terpaksa" membentuk perilaku baru karena anjuran bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah sejak 15 Maret 2020.
Sederhananya, dalam waktu hampir enam bulan ini, virus corona "melatih" kita untuk mengubah pola kebiasaan hidup. Pandemi Covid-19 membuat kehidupan kita tidak akan pernah berjalan normal seperti sedia kala.
Normal Baru adalah era di mana perilaku kehidupan kita berubah sesuai dengan apa yang sudah kita bentuk akhir-akhir ini. Menjalankan normal baru dan berdamai dengan virus corona adalah bagian dari jalan keluar banyak negara selama vaksin Covid-19 belum ditemukan.
Setiap orang yang keluar rumah bisa dipastikan membawa atau mengenakan masker. Mungkin karena sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, model masker pun kian beragam. Beraktivitas tanpa nongkrong atau kumpul-kumpul, menggunakan transportasi publik dengan sejumlah pembatasan dan penerapan sejumlah protokol kesehatan juga akan jadi hal yang umum dan normal.
Apakah kita siap atau tidak menyambut kehidupan Normal Baru ini, tergantung bagaimana kesadaran kita menjaga perilaku baru hasil tempaan virus corona.
Setiap orang menghadapi pandemi Covid-19 ini dengan respon yang berbeda-beda. Apakah dengan produktivitas atau malah keengganan untuk beraktivitas dan tidak fokus pada tugas apa pun. Apakah dengan sadar dan patuh pada anjuran protokol kesehatan, atau malah merasa kebal dan menganggap remeh protokol kesehatan yang berlaku.
Namun, apapun respon yang ditunjukkan, tak akan bisa mengubah realitas bahwa kehidupan, pekerjaan dan rutinitas normal lama telah hilang.
Puasa Melatih Kita untuk Bangkit dan Optimis Menatap Normal Baru
Sebagaimana semangat para penggagas Boedi Oetomo yang menginginkan perubahan -- setidaknya bisa kita anggap normal baru -- pada bangsa Indonesia, seperti itulah seharusnya sikap kita dalam menghadapi ketidakpastian masa depan akibat pandemi corona.
Tetap optimis, bahwa kehidupan normal baru bisa kita jalankan dengan ringan tanpa ada paksaan. Karena bagaimanapun juga, hidup berdampingan dengan Covid-19 adalah satu-satunya jalan yang realistis di antara sekian banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan saat ini.