Himam Miladi
Himam Miladi Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sukanya Ikut THR Kompasiana, Ya Waktu Menang Hadiah Utama

8 Mei 2021   07:02 Diperbarui: 8 Mei 2021   07:08 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukanya Ikut THR Kompasiana, Ya Waktu Menang Hadiah Utama
Bersama Dimas Agung Satrio (kiri) dari Kompasiana saat menerima hadiah utama Samber THR Kompasiana 2019 (dok. Kompasiana)

Namanya juga kompetisi, sukanya ya pas jadi juara alias menang lomba. Apalagi ketika tahu hadiah utamanya lumayan besar: sepeda motor matic!

Itulah yang kurasakan saat aku berhasil memenangkan hadiah utama Samber THR Kompasiana 2019. Sewaktu diberi tahu teman-teman di grup komunitas Bolang Kompasiana, perasaanku antara percaya dan tidak percaya. Benar gak sih?

Berulang kali aku membaca artikel pengumuman daftar pemenang, nama yang tercantum di sana tetap tidak berubah. Alhamdulillah, puji syukur langsung kupanjatkan ke hadirat Tuhan Maha Pemberi Rezeki. 

Itu sukanya. Bagaimana dengan dukanya? Banyak lah. 

Samber THR Kompasiana Kompetisi Blog Paling Menguras Energi

Sekalipun aku sudah beberapa kali memenangkan lomba blog atau lomba menulis, namun menurutku menjadi pemenang di kompetisi blog Samber THR Kompasiana rasanya sangat istimewa. Bukan karena hadiahnya yang besar, tapi lebih karena tantangan dan tingkat kesulitannya.

Jika dalam lomba blog lain pesertanya hanya diminta menulis satu tema dengan deadline tanggal tertentu, di Kompasiana pesertanya harus bisa menulis dengan beragam tema yang deadline-nya setiap hari selama satu bulan penuh. Di Samber THR Kompasiana 2019, peserta harus mampu menulis 33 hari nonstop, tidak boleh absen sehari pun.

Hanya peserta yang memiliki ketahanan fisik, ketahanan mental dan juga kreativitas ide yang luar biasa saja yang bisa bertahan sampai akhir kompetisi. Mungkin dari ratusan penulis di Kompasiana yang ikut, hanya tersisa puluhan Kompasianer yang bisa bertahan menulis sampai batas terakhir.

Awalnya, sembari mengharap hadiah utamanya (aduh, siapa sih yang gak ngiler bisa dapat sepeda motor matic?) niatku mengikuti kompetisi ini cukup suci nan mulia: ingin belajar menulis konsisten, menambah jaringan pertemanan, mengasah keterampilan menulis dan menyebarkan virus literasi.

Tapi, seiring berjalannya waktu, niat suci ini mulai diuji. Di minggu pertama kompetisi, menulis satu artikel setiap hari dengan tema yang berlainan bisa dilakukan dengan lancar. Banyak waktu luang di sela-sela menjalankan ibadah puasa sehingga aku bisa memikirkan dengan baik ide-ide tulisan sesuai tema yang diajukan. 

Menginjak minggu-minggu berikutnya, aku (dan mungkin juga peserta yang lain) mulai sedikit kedodoran. Ada waktu di mana aku benar-benar kehabisan ide dan kata-kata, hingga artikelnya kutayangkan menjelang pergantian hari untuk mengejar deadline.

Beberapa teman yang mengikuti kompetisi ini juga mengeluhkan beban di dunia nyata yang semakin berat, entah kerjaan kantor yang semakin padat sampai urusan rumah tangga yang menyita perhatian. Menulispun mulai angin-anginan.

Sementara itu, mereka yang memilih bertahan tetap berusaha setor tulisan sampai titik darah penghabisan. Sampai ayam jantan berkokok menandakan hari sudah berganti. Biar saja paling buncit yang penting setor, begitu katanya.

Apalagi ketika kompetisi mulai memasuki garis finish. Di saat itu, mungkin banyak Kompasianer yang sudah mulai berguguran. Minggu terakhir yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri benar-benar menjadi ujian konsistensi menulis yang sangat berat. Kesibukan hari raya membuat otak kadang tidak bisa diajak berkompromi untuk menulis. Tangan terasa berat untuk berpijak dan mengetikkan kata demi kata di papan ketik laptop.

Syukurlah, aku termasuk di antara sekian peserta yang mampu menyentuh garis finish. Mampu konsisten menulis hingga hari terakhir kompetisi. Usai menyelesaikan tulisan terakhir, dadaku langsung terasa longgar, seolah beban berat yang harus kupikul selama 33 hari akhirnya bisa dilepaskan.

Selain hadiahnya, yang membuat aku bangga pernah memenangkan Samber THR Kompasiana 2019 adalah karena di edisi inilah tantangannya paling berat. Dibandingkan edisi pertama 2018, edisi ketiga 2020 maupun edisi yang sekarang, Samber THR Kompasiana 2019 paling banyak jumlah harinya. Temanya juga paling beragam. Tak hanya menulis artikel fiksi dan non fiksi, peserta juga ditantang untuk dapat menjadi fotografer handal dan YouTuber yang piawai.

Menurutku, model kompetisi semacam ini patut dijadikan kawah candradimuka para penulis pemula. Tak hanya menguji konsistensi menulis, namun juga menguji kualitas tulisannya.

"Motivasi adalah apa yang membuat kita memulai. Kebiasaan adalah sesuatu yang membuat kita terus maju".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun