Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Penulis

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

3 Cara agar Tak Kalap Belanja Makanan Buka Puasa

2 Mei 2020   20:33 Diperbarui: 2 Mei 2020   20:42 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Cara agar Tak Kalap Belanja Makanan Buka Puasa
Camilan Buka Puasa

Kalap belanja makanan untuk berbuka? Kalau dulu, mungkin iya. Terutama di awal-awal Ramadhan. Lihat pubukoan di jual di jalanan, nafsu buat beli membelinya begitu besar. Mulai dari kolak, es buah, makanan kecil, sampe berbagai lauk dibeli begitu saja. Sampai rumah boro-boro dihabiskan. Bersisa. Dan malah terbuang begitu saja.

Namun setelah punya anak, keinginan untuk berbuka dengan banyak makanan itu sirna. Sudah jadi kebiasaan, setelah minum air putih, makan satu camilan, aku langsung makan nasi dengan syarat sayur dan satu protein saja. Setelah itu, ya hanya perbanyak minum. Atau paling banter bikin teh panas, tambah satu camilan lagi setelah salat Maghrib.

Di masa pandemi ini, sampai sejauh ini kami juga nggak pernah keluar membeli pabukoan. Social capital berupa kekuatan tetangga begitu luar biasa. Setiap hari kami hanya membeli makanan camilan dari tetangga yang akan langsung diantar ke rimah. Hari ini mendoan. Kemarin risoles. Selumbari, bika ambon. Alhamdulillah, kami bersyukur punya tetangga yang kreatif.

Buat kawan-kawan yang masih suka kalap belanja makanan untuk pabukoan, berikut tips-tips untuk bisa menghindari itu:

Pertama, kembali ke prinsip agama.

Puasa itu artinya menahan diri. Saat berbuka bukan berarti langsung seperti bendungan jebol. Makan saja secukupnya, bahkan seperti hadits nabi, berhentilah makan sebelum kenyang.

Kata Habib Jafar, puasa bahkan menahan diri mengambil yang seharuanya menjadi hak kita demi kemaslahatan yang lebih besar. Jika mampu membeli banyak makanan, lebih baik berbagi makanan tersebut ke tetangga yang lain.

Kedua, pertimbangkan dompet.

Nggak sedikit orang yang lebih boros saat bulan puasa. Padahal teorinya kan nggak begitu. Harusnya lebih irit karena nggak makan tiga kali sehari.

Ingatlah kita di masa pandemi, serba nggak jelas. Kita butuh saving cash buat menjaga diri dan keluarga guna memenuhi kebutuhan pokok entah sampai berapa bulan atau tahun ke depan.

Ketiga, belilah makanan yang benar-benar pengen dicoba.

Keistimewaan bulan Ramadhan adalah banyak jenis makanan yang nggak ada di bulan biasanya jadi ada. Penjaja makanan banyak sekali. Dan enak-enak.

Kalau saya, atur prioritas hari ini mau mencamil apa. Cita rasa itu akan terjaga bangt kalau diprioritaskan. Jangan dicampur-campur. 

Sensasi makan rolade daun singkong akan sempurna kalau nggak dicampur bika ambin. Risoles nggak asik kalau ada makanan yang manis-manis. Bakwan, cukup bakwan aja, gantian dengan mendoan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun