Beli Nastar Sama Adik Ipar
Pandemi Covid-19 tak lantas membunuh kreativitas. Di tengah-tengah kondisi yang serba terbatas masih ada jalan pintas. Tak bisa lagi bekerja dan berjualan di luar rumah seperti biasa, masih bisa produksi hanya dari rumah saja.
Ramadan kali ini memang unik. Ramadan kali ini memang beda. Bagaimana tidak?
Kita ibadah dari rumah. Sholat tarawih di rumah. Mesjid yang biasanya penuh sesak di awal ramadan, kali ini banyak yang kosong melompong. Bukan karena jamaah sudah enggan ke masjid, namun dihimbau untuk tidak ke sana.
Orang-orang yang melaksanakan ibadah dihimbau untuk di rumah saja bersama keluarga. Sholat berjamaah, tadarus, tarowih di rumah saja. Kita semua dihimbau untuk tidak berkumpul atau mengadakan kegiatan yang mendatangkan orang banyak.
Jaga jarak, sering cuci tangan, pakai masker adalah hal yang menjadi pedoman dalam melaksanakan segala aktivitas. Penularan corona yang begitu masif merupakan penyebab ketakutan tertular dan menularkan.
Bagaimana 1 orang yang positif di suatu wilayah akan menyebabkan semua orang yang kontak dengannya ditelusuri. Dimana alamatnya dicari, ketika sudah teridentifikasi dia juga akan dilakukan pemeriksaan. Adakah dirinya juga ikut positif atau negatif.
Ketika sudah teridentifikasi positif, maka akan ditelusuri lagi. Adakah yang kontak dengan penderita berikutnya? Pemeriksaan akan dilakukan kembali. Begitu seterusnya. Merepotkan sekali bukan? Sungguh bukan sebuah tugas yang bagi petugas gugus Covid-19.
Repotnya petugas tersebut, dia tidak bisa tampil seperti biasanya. Berbaju necis dengan seragam yang tersetrika rapi. Wangi dan berpenampilan menarik. Memakai ID Card, jam tangan dan sedikit perhiasan.
Tampilan yang sekarang dia akan seperti manusia yang dikirim ke luar angkasa. Memakai alat pelindung diri yang lengkap, tertutup rapat mulai dari muka hingga telapak kaki. Semua harus terbungkus rapat dan tak ada celah yang memungkinkan virus masuk.
Adapun penderita yang positif maka dia akan diisolasi. Kalaupun tanpa gejala, karena sudah berpotensi menularkan maka harus diisolasi. Tidak boleh lagi kontak dengan orang lain. Untuk keperluan sehari-harinya harus dilayani di ruang tersendiri. Situasi demikian bisa dijalani berhari-hari, berminggu-minggu hingga dinyatakan negatif.
Sedangkan bagi yang bergejala, maka dia akan dirawat di rumah sakit yang sudah ditunjuk. Di rumah sakitpun akan ditempatkan di ruang khusus. Mereka ditempatkan di ruang isolasi, ada yang masih bersama dengan penderita lain, ada yang di ruang tersendiri. Bahkan untuk yang bergejala lebih lanjut, sudah berada dalam kondisi gawat bisa jadi dirawat di ruang intensif.
Untuk itulah kita harus patuh di rumah saja. Keluar rumah hanya untuk keperluan memdesak. Keluar rumah hanya bagi yang berkepentingan. Kalau biasanya Ramadan seperti ini kita sudah berburu baju lebaran di supermarket, mall, gerai muslim, dan seterusnya, kali ini kita bisa beli lewat online saja. Atau membuat sendiri dengan memanfaatkan oenjahit di sekita rumah saja.
Begitu juga dengan keperluan mempersiapkan kue-kue lebaran. Walaupun kali ini sebenarnya kita hanya berhari raya di rumah saja. Tidak lagi saling berkunjung, namun untuk tetap menikmati suasana lebaran, alangkah baiknya menyiapkan sendiri. Apalagi bagi yang waktunya banyak di rumah saja karena WfH.
Keluargaku sendiri akan berlebaran di rumah dinas saja. Mungkin tidak berkunjung ke sanak saudara. Walaupun tidak terlalu jauh jarak yang ditempuh, selama situasi masih tidak nyaman untuk berkumpul-kumpul, akan dihindari dulu saling berkunjung dan bersalaman seperti biasanya.
Khusus untuk keperluan lebaran, sudah dipersiapkan dengan cara pesan-pesan lewat online. Baju lebaran beli online ke alumni / mantan mahasiswa yang sehari-harinya punya usaha online. Kue-kue kering sudah pesan sama adik ipar yang memang jualan. Kacang mede goreng beli sama teman SMP yang memang punya usaha kuliner dan snack. Sedangkan beli parcel lebaran, aku pesan ke koperasi.
Bicara tentang kue kering khas sajian hari raya, kue favorit keluarga tetap kue nastar. Anakku yang cowok bisa 1 toples kecil habis dimakannya. Biasanya kue itu akan dimakan bukan di hari raya, tapi saat sekarang pas habis buka puasa. Untuk kue-kue lain, baru dimakan kalau sang "nastar itu telah habis".
Dalam jual beli seperti itu memang aku punya misi sosial. Aku usahakan untuk beli pada orang-orang terdekat yang punya usaha/barang yang aku butuhkan. Keperluanku sendiri tercukupi, sedikitnya bisa membantu dengan membeli barang dagangan mereka.
Membeli produk lokal, bangga dengan produksi bangsa. Setidak-tidaknya Aku tidak ikut-ikutan melarikan uang ke negeri orang.
Mungkin bukan masalah ga ada duitnya, namun yang seperti ini adalah masalah mental. Nyatanya banyak juga mereka yang berduit tetapi tetap sederhana.