Antara Kebangkitan dan Lebaran
Suami segera kuminta memanggil bidan, namun tidak lama kemudian ketika keinginan mengejan itu datang lagi, Aku ikuti dan tiba-tiba keluar kepala dan saat itu juga langsung diikuti dengan melahirkan badan bayi. Dibantu paraji tersebut akhirnya bayi lahir. Ketika bidan datang bayi sudah di luar dan tinggal melahirkan plasenta. Ga percaya rasanya bayi sudah lahir dengan jenis kelamin laki-laki dan panjang 50 cm serta berat badan bayi 4 kg tepat di hari kebangkitan nasional 20 Mei 2003. Luar biasa.
Setiap kali peringatan hari kebangkitan sekaligus merayakan ulang tahun anak kedua, jagoanku. Kebetulan hari ini dia ulang tahun yang ke 17, sweet seventeen, sudah bisa mendapatkan KTP, walaupun belum sempat rekam karena pandemic Covid-19 petugas catatan sipil tidak melaksanakannya menunggu sampai suasana normal. Hari ini dia sudah mulai dianggap dewasa dan tentu saja, sudah bisa mengurusi surat menyurat tersendiri misal SIM, urusan bank, dan publik lainnya. Hari ini adalah hari kebangkitan khusus bagi anakku tersebut.
Hari kebangkitan selalu Aku maknai sebagai hari mengubah ke arah yang lebih baik. 20 Mei hanyalah momentum, sesungguhnya kebangkitan ini adalah kebangkitan setiap hari. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Kita bangkitkan semangat dalam diri untuk selalu optimis menghadapi hidup yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan.
Apalagi dalam situasi pandemic Covid-19 yang dirasakan semua orang serba tidak mudah ini. Jangan sampai kita terpuruk, putus asa dalam menghadapi kondisi sekarang ini.
Ayo bangkitlah wahai diri !
Ayo Bangkitlah kita semuanya !
Kita hadapi kondisi ini dengan semangat !
Jangan putus asa !
Jangan kita lemah !
Jangan merasa sendiri !
Bersama-sama kita pasti bisa hadapi kondisi ini !