Hilal di Lereng Slamet
Sore ini Tuti memang hanya tinggal sendiri. Teman isolasinya yang lain telah dinyatakan negatif dan sudah dipulangkan tadi sore. Sungguh kesepian yang sangat menyayat hati.
Sekian lama berada di negeri Cina yang terkenal dengan kemajuan peradabannya itu tidak membuatnya lupa dengan kampung halaman. Ibu dan ponakan-ponakannya yang menggemaskan membuat kerinduannya semakin menggunung. Tinggi menjulang bagai gunung Slamet yang berdiri dengan anggunnya tepat di mana Tuti duduk dan memandang ke depan.
Tiba-tiba datang menghampirinya petugas kesehatan yang menjadi relawan menyapanya, "Apa kabar mba Tuti, belum istirahat nih, masih duduk di depan kamar saja?"
"Eh, iya nih belum, Mba Rani sendirian juga, mana mba Dewi?" Tanya Tuti menanyakan teman dinas mba Rani yang biasanya ikut mengontrol kesehatannya juga.
"Oh, Dewi lagi mengerjakan tugas laporan di kantor, tadi Saya lihat mba Tuti duduk sendiri sambil ngelihatin gunung, kelihatannya asyik banget" jawab Rani.
"Mba Rani dah berapa lama dinas jadi rekawan, sebelumnya dimana? Tanya Tuti.
"Sehari sebelum mba Tuti datang Saya nyampai di sini bareng Dewi, Kami sama-sama perawat di Puskesmas" Jawab Rani.
Akhirnya mereka bercakap-cakap menghabiskan waktu di sore itu sambil menikmati jatah makan sore yang barusan dikirimkan oleh relawan dari Satpol PP.
Hari demi hari Tuti lewati di karantina tersebut hingga pada pemeriksaan yang berikutnya dinyatakan negatif. Tuti diperbolehkan pulang dari karantina.
Tuti menghubungi Rizal untuk bisa menjemputnya di karantina.
"Assalamualaikum wr.wb Mas Rizal, bisa jemput Tuti di wisma Satria?" WA kepada teman spesialnya itu.