Hilal di Lereng Slamet
Empat belas hari yang menyesakkan dada. Kini telah terlewati. Tuti mengucap syukur akhirnya dinyatakan negatif dan masih ada waktu untuk bertemu dengan keluarganya. Melepas kangen yang selama ini bertumpuk dan ditambah lagi dengan keharusan masuk isolasi di wisma yang biasanya untuk pelatihan tersebut.
Tuti berharap ke depannya masih bisa memanfaatkan waktu untuk bercengkrama dengan keluarga dan masyarakat di sekitarnya serta tentu saja mas Rizalnya yang juga sangat dirindukannya.
Sore itu di bawah hilal bulan Syawal Tuti pulang dari wisma diantar relawan yang juga sangat bahagia karena tugasnya telah berakhir. Heru juga berharap tak ada lagi pasien yang harus dkarantina di sana.
Berhari-hari harus bertugas menjadi relawan bersama dengan beberapa petugas kesehatan , kpolisian, tentara, petugas gizi dan yang lainnya sungguh sangat tidak nyaman.
Di bawah bayang-bayang ketakutan tertular mereka bertugas. Demi kemanusiaan mereka bertahan. Alhamdulillah bersama dengan kesucian bulan Syawal Covid-19 telah dinyatakan negatif, tidak ada penambahan kasus baru.
Semoga ke depannya tidak ada lagi pendatang di wisma Satria ini untuk dikarantina lagi. Masyarakat yang patuh selama ini untuk berdiam di rumah saja, tidak mengadakan aktivitas kumpul-kumpul, selalu memakai masker dan sering cuci tangan merupakan bukti mereka telah hidup berdamai dengan Covid-19.
Tidak akan lama lagi tentu masjid akan segera digunakan sebagai tempat ibadah, pasar dan mall akan biasa lagi aktivitasnya. Namun kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan tidak akan menghilang.
Walau Covid-19 masih ada, namun tidak lagi sebagai wabah.
Sebuah hikmah yang besar untuk merubah pola hidup masyarakat. Dari Covid-19 kita telah banyak belajar arti sebuah aktivitas berkeluarga, arti menjaga kesehatan untuk diri, keluarga dan orang lain, tidak mau tertular dan menularkan, arti ibadah yang sesungguhnya, ternyata beribadah di masjid, secara berjamaah adalah sebuah kebutuhan.
Arti sebuah gotong royong solidaritas bermasyarakat saling membantu bagi yang kekurangan.
Kalau sebelumnya kita tak peduli dengan kebersaman dalam keluarga, tak peduli dengan arti ibadah berjamaah dan tak peduli dengan kehidupan bertetangga, kali ini kita bisa merasakan itu semua.