Queen An
Queen An Penulis

Wanita sederhana yang punya mimpi besar. Menjadi pribadi yang berarti, memberi warna dalam setiap perjalanan kehidupan dan menjadi jalan bagi kebahagiaan orang lain. If you believe in yourself then everything will be possible

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadan di Aceh Utara

6 Mei 2021   20:24 Diperbarui: 6 Mei 2021   20:39 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

By  queen

Setiap Ramadan,  dari tahun ke tahun selalu menyuguhkan cerita  dengan nuansa dan aura  yang berbeda. Meskipun pola Ramadan selalu sama, seperti berbuka, solat teraweh, dan  tadarus Al-Quran serta i'tikaf. Masa pandemi telah mengubah nuansa Ramadan  menjadi berbeda, kali ini tidak seramai dan segemuruh Ramadan sebelum  masa pandemi.  Kebiasaan menjelang dan saat ramadan pun tak luput dari  perubahan ini.

Dari  satu wilayah  ke wilayah lain tentu memiliki ciri khasnya masing-masing. Kali ini adalah Ramadan di Aceh Utara dengan narasumbernya seorang pemuda  yang bernama Ismail.  Dia lahir di sebuah desa di bagian Aceh Utara, tepatnya Kabupaten  Bireuen,  Desa Peusangan, Kecamatan Peusangan.  Letak kabupaten ini, sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah,  sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya.

dokpri
dokpri
Di wilayah Bireuen ini, dua hari menjelang Ramadan terdapat kebiasaan  masyarakat yang disebut mugang mini, yaitu hari dimana orang berjualan daging sapi tidak terlalu banyak dan ramai sedangkan  mugang rayek, yaitu  hari dimana  orang berjualan daging sapi lebih banyak dan ramai dari hari sebelumnya karena itu hari terakhir menyambut Ramadan yang nantinya daging sapi tersebut akan dimasak dan disantap saat Ramadan.

Di malam pertama Ramadan, setelah melaksanakan ibadah teraweh  kemudian pemuda-pemuda Aceh melakukan kegiatan tadarus AL-Quran hingga menjelang sahur dan dilakukan secara bergantian.

Daerah Istimewa Aceh memiliki makanan khas  yang selalu ada saat Ramadan, namanya   kanji  rumbi, yaitu bubur  rempah yang dimasak dengan santan dan kaldu daging.  Untuk berbuka,  masyarakat sekitar  diwajibkan  membuat makanan  pembatal shaum  yang diserahkan  ke surau atau mushola di desa tersebut. Semua warga desa ikut berbuka disurau termasuk anak-anak dan lansia kecuali para wanita, mereka berbuka di rumahnya. Setelah itu mereka berjamaah sholat maghrib.

dokpri
dokpri
Di depan surau terdapat sebuah tempat berbentuk panggung yang disebut balau. Sebuah tempat dimana mereka biasa berkumpul untuk berbuka shaum.

Selama Ramadan, secara umum kegiatan masyarakat di Aceh sama seperti di tempat  lain,  yaitu bekerja ke sawah, ke kebun, ke kantor  dan berdagang.  Tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan saat Ramadan. 

Beberapa hari lagi Ramadan akan segera  berakhir  meninggalkan semua kegiatan yang dilakukan selama Ramadan. Jika di sepuluh malam pertama Ramadan  kita di motivasi oleh  Sa'id bin Jubair rahimahullah:

"Jangan kalian mematikan lampu-lampu rumah kalian di  10 malam pertama di bulan Dzulhijjah" (hidupkanlah malam-malam  ini dengan beribadah,  Al Hilyah, 4281).

Lantas bagaimana dengan sepuluh malan terakhir Ramadan?

Di sepuluh malam terakhir  merupakan malam golden time-nya beribadah.  Para ahli ibadah menaruh perhatian besar di sepuluh malam terakhir Ramadan.  Oleh karena itu,  perbanyak istigfar,  perbanyak doa,  dan hidupkan malam-malamnya dari jamuan hari-hari terbaik ini. Kesungguhan kita harus lebih besar dari duapuluh hari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun