Tarawih Keliling (Tarling) bersama Si Buah Hati
TARAWIH KELILING (TARLING) BERSAMA SI BUAH HATI
Oleh : Hendra Wijaya*
Bulan Suci Ramadhan 1443 H, sudah di lalui kurang lebih duapekan. Selama itu pula, umumnya umat muslim melaksanakan shalat Sunah Tarawih plus shalat Witir usai menunaikan shalat Isya.
Shalat Tarawih dan Witir di Indonesia
Indonesia yang populasi penduduknya mayoritas beragama Islam, tiap Bulan Suci Ramadlan masyarakatnya umumnya antusias melaksanakan Ibadah Puasa Ramadlan dari pagi (waktu subuh) sampai dengan sore (maghrib). Setelah berbuka puasa, setelah melaksanakan sholat maghrib, mereka bersiap melaksanakan Ibadah selanjutnya yaitu menunaikan Sholat Isya dilanjutkan shalat Tarawih plus shalat witir sendiri sendiri atau berjamaah.
Di Indonesia, secara umum masyarakatnya ada yang mengerjakan shalat tarawih plus witir sebanyak 23 rakaat ( 20 rakaat shalat tarawih + 3 rakaat shalat witir), ada juga yang mengerjakannya 11 rakaat (8 rakaat shalat tarawih + 3 rakaat shalat witir).
Dalam pelaksanaannya, ada masyarakat yang mengerjakannya dalam waktu sangat cepat (membaca bacaan dalam shalat dengan sangat cepat dan dalam tempo sesingkat-singkatnya) ada juga yang temponya sedang tapi ada juga yang very slowly .
Perbedaan ini tidak menjadi masalah, karena keduanya memiliki dasar dalil yang kuat. Masyarakat Indonesia sudah mahfum dengan perbedaan ini dan tetap saling menghormati. Jadi tidak usah heran kalau mesjid-mesjid yang ada disekitar kita jumlah shalat tarawih plus shaalat witirnya berbeda beda dengan tempo waktu mengerjakannya berbeda-beda pula.
Bagi orang dewasa, Shalat Tarawih plus shalat witir dengan jumlah rakaat ada yang 23 atau 11 rakaat dengan tempo yang kadang very selow, mungkin tidak masalah-sudah biasa-tidak terlalu memberatkan terhadap daya tahan tubuh dan daya tahan sabarnya.
Namun bagi anak-anak yang berusia 4-13 tahun seperti anak kami kadang ini jadi problem daya tahan tubuh dan daya tahan sabarnya.Tak jarang, pada saat shalat tarawih anak-anak itu setelah rakaat ke empat mulai berulah-bercanda dengan teman-teman sebayanya untuk menepis jenuh-lelah-ngantuk.
Hal ini menurut saya wajar, mengingat mereka masih anak-anak. Punya semangat dan niat ikut shalatnya saja sudah kita syukuri, apalagi turut shalatnya-walau dengan segala catatan. seiring waktu, kami orang tua berharap mereka akan semakin tertib dalam menjalankan shalatnya.
Tarling Bersama Si Buah Hati
Alkisah Bulan Suci Ramdlan 1442 H tahun lalu, karena ada beberapa acara bersama keluarga di luar rumah yang kami hadiri, seringkali kami melaksanakan shalat Isya plus shalat taraweh plus shalat witir berjamaah di mesjid-mesjid yang kami singgahi di perjalanan.
Rupanya ini menjadi kenangan tersendiri bagi anak-anak kami yang baru berusia 4-13 tahun. Berbeda ketika mereka mengikuti shalat taraweh di mesjid dekat rumah, di mesjid mesjid yang kami singgahi di perjalanan itu mereka cenderung lebih tertib karena tidak jumpa dengan teman-teman main sebayanya.
Mereka secara terbuka sering menceritakan berbagai pengalaman-kenangan mereka saat mengikuti shalat Isya-Tarawih-Witir di mesjid-mesjid yang mereka singgahi tersebut. Mereka menceritakan-membandingkan arsitektur mesjidnya, suasana mesjidnya, bilangan rakaat tarawihnya, suara imamnya, tempat wudlunya, dll.
Mereka terkesan dan terlihat sangat senang. Tak jarang, jika kami melintasi mesjid-mesjid itu kembali saat dalam perjalanan, merekapun spontan teringat pengalaman shalat tarawih itu.
Terinspfirasi pengalaman melaksanakan tarawih berjamaah di berbagai mesjid yang kami singgahi dalam perjalanan kami tahun lalu itulaah, Jelang Bulan Suci Ramadlan 1443 H tahun ini, anak-anak kami itu menyampaikan keinginannya untuk secara massive dan terstruktur untuk melaksanakan shalat tarawih di berbagai mesjid di sekitaran tempat tinggal kami (Tarling/tarawih keliling).
Mereka beralasan ingin mengenal mesjid -mesjid yang ada disekitar mereka lebih dekat, ingin mendapatkan pengalaman berbeda, khususnya dalam menjalankan shalat tarawih berjamaah. Ya kebetulan banyak mesjid di sekitaran dekat kampung dimana kami tinggal.
Jumlahnya puluhan. Sebagai orang tua, kami pikir ini ide menarik, kami langsung menyetujuinya. Bersama mereka kami me list mesjid-mesjid mana saja yang akan kami kunjungi untuk mengikuti shalat tarawih berjamaah. 30 mesjid di sekitaran dekat kampung kami catat nama mesjidnya dan alamat lokasinya.
Diatasnya kami beri judul " Jadwal Tarling Ramadlan 1443 H". Asumsinya, tiap hari selama bulan suci Ramadlan bergantian mesjid yang kami kunjungi.
Sampai hari ini di bulan suci Ramadlan ini, sudah 15 mesjid di sekitaran kampung tempat tinggal kami, kami kunjungi dan ikuti shalat tarawih berjamaahnya. Anak-anak kami masih terlihat antusias saat bersiap untuk berangkat ke mesjid yang akan di kunjungi malam ini sesuai jadwal yang kami buat.
Usai pulang dari mesjid itu, saat kami berkumpul dengan seluruh keluarga, seperti biasa, mereka bercerita kepada kami apa yang mereka lihat, rasakan, penilaian mereka, selama mereka mengikuti shalat Isya-tarawih-witir berjaamaah itu.
Mereka seperti sedang menceritakan Pengalaman Wisata mereka. Kami kira, sekarang Tarling (Tarawih Keliling) bukan lagi monopoli para pejabat atau aparat saja yang sering melakukannya untuk berbagai keperluan. Tarlingkini, bisa menjadi sarana edukasi religi bersama si 'buah hati' kita.
*Hendra Wijaya, tinggal di Tangerang.