Tino Rahardian
Tino Rahardian Jurnalis

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Lebaran Minimalis dan Ekonomi Bangsa yang Tidak Baik-Baik Saja

31 Maret 2025   00:02 Diperbarui: 31 Maret 2025   11:12 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebaran Minimalis dan Ekonomi Bangsa yang Tidak Baik-Baik Saja
Silahturahmi merayakan lebaran Idulfitri dengan video call.(Foto: SHUTTERSTOCK/Gatot Adri via Kompas.com)

Lebaran merupakan hari yang penuh kebahagiaan, kemenangan, dan kegembiraan bagi umat Islam di seluruh dunia. Termasuk saya dan keluarga.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada tahun 2025, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa kondisi ekonomi Indonesia sedang berada dalam situasi yang memprihatinkan.

Inflasi yang terus meningkat, harga kebutuhan pokok yang melonjak, serta pengangguran yang masih tinggi menyebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, termasuk saat menyambut Idulfitri.

Dalam kondisi seperti ini, konsep Lebaran Minimalis muncul sebagai alternatif yang relevan.

Konsep ini menekankan perayaan yang sederhana namun tetap bermakna, sehingga dapat mengurangi beban ekonomi sambil tetap menjaga esensi spiritual dari perayaan tersebut.

Makna Lebaran Minimalis

Lebaran Minimalis bukan berarti mereduksi makna dari Hari Idulfitri, tetapi justru menekankan pada esensi sebenarnya dari perayaan tersebut, yaitu:

Kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, serta kesempatan untuk saling berbagi dan mempererat hubungan dengan sesama.

Lebaran Minimalis mengajak kita untuk menyambut hari kemenangan ini dengan cara yang sederhana, namun penuh makna dan kebahagiaan.

Tidak perlu perayaan yang berlebihan dengan pengeluaran yang besar, tetapi lebih kepada refleksi diri, kepedulian terhadap orang lain, dan keikhlasan dalam berbagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun