Raja Lubis
Raja Lubis Freelancer

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Buka Puasa dengan yang Manis, Cukup Aku Saja (yang Manis)

14 April 2023   16:57 Diperbarui: 14 April 2023   17:21 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buka Puasa dengan yang Manis, Cukup Aku Saja (yang Manis)
Es campur buatan sendiri/Raja Lubis

Alhamdulillah. Sudah berapa kali kita merasakan manisnya kolak pisang yang dipadu dengan candil di Ramadan kali ini?

Atau berapa kali kita merasakan segarnya es campur yang ditambah buah-buahan segar untuk melepas dahaga buka puasa?

Atau cukup saja dengan tiga butir kurma setelah itu langsung dilanjut dengan nasi padang?

Rasa-rasanya di bulan Ramadan ini segala makanan dan minuman tersedia melimpah ruah untuk berbuka puasa. Nggak bikin sendiri pun, bisa dengan mudah kita dapatkan di penjual di pinggiran jalan.

Berbuka puasa dengan yang manis?

Salah satu kalimat yang populer di Ramadan adalah anjuran berbuka puasa dengan yang manis-manis. Waktu kecil dulu, saya melihat ini sebagai propaganda iklan semata. Pas sudah gede, saya masih sama melihatnya. Xixi.

Kalau ditelusuri sepanjang yang saya tahu, tidak ada hadits yang secara gamblang menganjurkan berbuka puasa dengan yang manis.

Rasulullah berbuka puasa dengan kurma basah. Jika tidak ada, beliau berbuka puasa dengan kurma kering. Dan jika tidak ada, beliau berbuka cukup dengan seteguk air.

Dari kebiasaan Rasulullah ini, sebagian ulama mengasosiasikan kurma dengan makanan yang manis. Karena sejatinya kurma tidak tumbuh di seluruh dunia, melainkan hanya di beberapa tempat yang Allah kehendaki saja.

Tentunya jika kebiasaan berbuka dengan kurma menjadi anjuran (atau malah diwajibkan), orang-orang akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan berbuka puasa.

Maka 'makanan manis' menjadi frasa yang umum, yang tentunya setiap daerah bisa mengartikannya sesuai dengan yang makanan yang tersedia di daerahnya. Apalagi di Indonesia yang bermacam-macam adat dan tradisi, kita akan banyak menemukan makanan khas yang disantap sebagai sajian berbuka puasa.

Sebagai contoh di daerah asal ayahku, di Mandailing Natal, Sumatera Utara, kue yang semacam kue ali ini menjadi favorit sajian berbuka puasa. 

Kue 'ali' khas Mandailing Natal/Raja Lubis
Kue 'ali' khas Mandailing Natal/Raja Lubis

Asosiasi kurma dengan makanan manis, juga mendapat dukungan dari ilmu kesehatan modern. Para ilmuwan menyatakan bahwa gula yang terkandung dalam makanan manis memang bisa memulihkan energi dengan lebih cepat setelah seharian berpuasa. Tapi tentunya dalam takaran yang pas dan tidak berlebihan.

Di Indonesia, secara umum, makanan manis yang biasa disajikan ketika berbuka puasa adalah kolak pisang, bubur sumsum, es campur, sop buah, dan lain sebagainya.

Tapi di samping itu biasanya tersedia berbagai aneka gorengan yang disantap sebagai kudapan. Bahkan terkadang godaan gorengan mengalahkan berbagai makanan manis sebagai makanan yang disentuh pertama kali ketika berbuka puasa.

Hayo ngaku?

Saya sendiri lebih senang berbuka dengan yang ada, karena yang manis belum tentu setia. Yang manis akan kalah dengan yang selalu ada. Eaa... 

Dari sekian banyak makanan manis yang tersedia, saya memang paling senang berbuka puasa dengan kurma.

Tapi kadang suka ada rasa bosan juga. Pilihan lainnya adalah es campur atau sop buah. Kalau kolak pisang, saya sesekali saja. Soalnya nggak terlalu suka dengan kolak pisang. Lebih senang makan buah pisangnya saja yang original.

Ada yang lebih penting untuk diperhatikan daripada sekadar makanan manis

Selain mempersiapkan atau berburu makanan manis, ada banyak hal penting yang kadang luput dari perhatian kita saat berbuka puasa.

Pertama, memperbanyak doa menjelang berbuka puasa. Seringkali kita menghabiskan waktu untuk berburu takjil menjelang berbuka. Rela antre dan macet-macetan, bahkan tak jarang masih di perjalanan ketika azan magrib berkumandang.

Ada satu rahasia yang Allah simpan di waktu menjelang berbuka yakni mustajabnya doa-doa. Menjelang berbuka puasa adalah salah satu waktu terbaik untuk dikabulkannya doa. Terserah kita mau doa apa kepada Allah.

Jadi solusinya, persiapkan takjil lebih awal jangan mepet di waktu berbuka sehingga kita masih memiliki waktu untuk memperbanyak doa menjelang berbuka puasa.

Kedua, tergesa-gesa saat berbuka. Islam memang sangat menganjurkan bersegera dalam berbuka. Tapi terkadang saking tergesa-gesanya kita lupa membaca basmalah dan doa umum berbuka puasa. Nggak sadar langsung melahap es kelapa saja.

Nggak kalah mustajabnya dengan menjelang waktu berbuka, saat berbuka pun adalah waktu terbaik untuk berdoa. Seenggaknya kita cukup berdoa dengan doa paling populer yakni:

Allahumma laka shumtu wabika amantu wa 'ala rizqika afthartu birahmatika yaa arhamar rahimin

Ketiga, berbuka secukupnya lalu salat Magrib. Tingkat lapar seseorang memang berbeda-beda. Hawa nafsu kita selama puasa terkadang pengin beli ini beli itu. Padahal pada kenyataannya, dengan seteguk air pun sudah bisa melegakan.

Oleh karena itu, berbuka puasalah secukupnya. Jangan sampai kita kekenyangan dan kehabisan waktu untuk salat Magrib. Kita masih bisa menyantap hidangan lain setelah salat Magrib.

Poin dari dua pembahasan antara berbuka dengan yang manis dan adab berbuka puasa adalah jangan sampai kita menjadikan 'manis' menjadi wajib sehingga lalai dengan berbagai keberkahan saat berbuka puasa.

Karena kalau mencari yang manis, cukup pandangi cermin sebelum berbuka, kamu akan menemukan hal manis yang sesungguhnya di sana. Xixi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun