RAMADAN Pilihan

"Kalo Gak Ada Ramadhan", Bingkisan Kisah Mengharumkan Bulan Suci

24 Maret 2024   21:36 Diperbarui: 24 Maret 2024   21:37 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Kalo Gak Ada Ramadhan", Bingkisan Kisah Mengharumkan Bulan Suci
Poster Kalo Gak Ada Ramadhan (JustWatch.com)

Kisah berikutnya mengikuti sepasang kakak-adik, Farhan (Gusfari) dan adiknya Lidya (Aliza Kamila), yang bekerja di kota. Setiap Ramadhan, mereka berkunjung kembali kepada ibu mereka di kampung halaman dan membawakannya penghasilan THR sebagai hadiah. Terakhir, terdapat kisah Hafis, seorang karyawan swasta yang hendak mengunjungi ibu dan adiknya di kampung setelah gagal hadir selama lima tahun. Hafis disambut ombak kekecewaan ketika ibunya menyadari ia sudah tak lagi mampu melafalkan surat pendek dan membaca Al-Quran. 

Kumpulan Amanat dan Renungan 

Setiap kisah pendek di film ini menggemakan satu pertanyaan, "Apakah Ramadhan setiap tahunnya merupakan suatu siklus kewajiban semata?" Jawaban pertanyaan tersebut disisipkan di antara perjalanan tokoh-tokoh, semua dengan sudut pandang yang berbeda dan serpihan pesan tersendiri. Menariknya, meskipun serpihan-serpihan pesan tersebut tersebar, ketika digabungkan menjadi suatu jawaban yang amat jelas -- bahwa Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan, ampunan dan rahmat, serta kasih sayang dari Allah SWT yang tak bisa begitu saja dilewati tanpa memaknainya secara sungguh-sungguh. 

 Kisah Mursali dan Kokom menyampaikan pesan bahwa kerja keras dan ketulusan hati, diiringi rasa syukur dan ketekunan menjalani ibadah puasa membawakan berkah yang berlimpah. Memang, sekilas, tampak bahwa watak Mursali dan Kokom sangatlah bertolak belakang. Mursali selalu malas berpuasa dan bekerja, sedangkan Kokom selalu rajin berpuasa, dan terlihat begitu bersyukur ketika jualannya membuahkan hasil. Namun, pamungkas kedua kisah tersebut berdering satu nada. Mursali ditampar penyesalan akibat kesulitan membayar biaya persalinan istrinya, dan Kokom, walaupun belum sepenuhnya sejahtera, diselimuti rasa syukur dan kasih sayang saat berpelukan dengan kedua anaknya. 

 Pak Mursali Menangisi Kesialannya (bioskoponline.com)
 Pak Mursali Menangisi Kesialannya (bioskoponline.com)
Bu Kokom Memeluk Anak-anaknya (bioskoponline.com)
Bu Kokom Memeluk Anak-anaknya (bioskoponline.com)
Ada pula kisah Gaby, Farhan, dan Lidya yang mengajarkan bahwa berbagi kepada orang lain tanpa pamrih merupakan salah satu wujud amal mulia di bulan Ramadhan. Meskipun pesan tersebut amat sederhana, nyatanya maknanya sangat dalam, bahwa Ramadhan bukan hanya bulan yang mendatangkan berkah pada diri sendiri, tetapi juga pada semua orang di sekitar kita tanpa memandang latar belakang, suku, ras, dan tentunya agama. Lebih dari itu, ada juga kisah Hafis yang memberikan pesan bahwa arus kehidupan, bagaimanapun kencangnya, tidak boleh membawa kita terlalu jauh dari tempat asal kita. Tempat asal tidak berarti tempat lahir semata. Bagi Hafis, tempat asalnya tak lain dari kasih sayang ibu dan adiknya, serta ajaran agama Islam yang membangun dirinya selama ini. 

Ibu Hafis Menangis (bioskoponline.com)
Ibu Hafis Menangis (bioskoponline.com)

Kontinuitas dan Paralelisme Pesan

Salah satu kelebihan, sekaligus kekurangan terbesar film karya Umank Ady ini terletak pada penyampaian pesan terhadap audiens. Secara keseluruhan, setiap pesan dalam kisah--kisah pendek tersebut dibawakan dengan sederhana, sehingga mudah dicerna para penonton. Dialog dan interaksi antar tokoh mencerminkan perbincangan sehari-hari, tanpa unsur peribahasa ataupun metafora yang rumit. Hubungan sebab akibat setiap tindakan tokoh jelas, dengan perbuatan baik berujung hasil yang baik, dan sebaliknya. Meskipun pesan sampai dengan jelas, mekanisme penyampaian pesan tersebut justru menimbulkan berbagai pertanyaan lain.

Terlepas dari akting pemain yang kurang mahir dan audio film yang terdengar kumur-kumur, "Kalo Gak Ada Ramadhan" memiliki satu kekurangan utama, yaitu kontinuitas plot cerita yang tidak jelas dan alur cerita yang ambigu. Jika dicermati dengan baik, terlihat bahwa beberapa kisah terkesan tumpang tindih secara tidak logis. Dalam Kisah Mursali, diceritakan bahwa istrinya (Bu Aminah) sedang mengandung. Pada akhir kisah tersebut, Bu Aminah dibawa ke rumah sakit (off screen) dan Mursali mendapatkan panggilan telepon yang secara tersirat menyatakan bahwa anak pertamanya (sempat menelepon Mursali di awal film) telah meninggal. Kemudian, pada kisah Hafis, ia mengunjungi adik dan ibunya di kampung, di mana suatu tokoh menyebut Hafis sebagai "anaknya Bu Aminah". 

Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai kesinambungan kedua kisah tersebut. Apakah Hafiz dan Adiknya merupakan anak Mursali? Apa yang terjadi kepada anak Mursali yang meninggal? Sayangnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dijawab dalam film tersebut. Hanya ada keterangan dari Pak Mursali yang menyatakan bahwa ia memiliki tiga istri pada awal film, berbunyi "Ga dapet duit terus ngasih makan istri gue yang tiga, terus anak gue yang dua, bentar lagi tiga gimana?" 

Jika diperhatikan pola film tersebut, kisah-kisah lainnya tidak memiliki hubungan apapun dengan kisah Mursali, kecuali bahwa Mursali menjadi salah satu pembeli takjil Bu Kokom. Maka, dapat dianggap bahwa semua kisah terlepas satu sama lain, tetapi kemungkinan besar terjadi di kurungan waktu yang kurang lebih bersamaan. Hal ini dapat disayangkan, sebab plot film dapat dibuat jauh lebih dramatis dan harmonis jika semua kisah pada akhirnya saling berhubungan. Dalam dunia perfilman, kesinambungan ini biasanya diwujudkan melalui teknik parallel editing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun