Toy Story, Belajar Arti Solidaritas yang Dihadirkan oleh Mainan
Rasa ketakutan kehilangan diangkat sebagai tema dalam film Toy Story 3. Dalam film ini, semua mainan merasa akan kehilangan waktunya dengan Andy. Woody yang merasa masih bagian dari hidup Andy, tidak dapat menerima kenyataan bahwa dia akan ditinggalkan oleh pemiliknya.
Namun mainan pun mengajarkan pengertian tentang ikhlas. Ikhlas untuk menerima bahwa tugas mainan bagi seseorang ada batasnya. Andy sebagai pemilik lama Woody ternyata tidak serta merta membuang Woody. Dia memberikan Woody kepada pemilik baru yang bisa dia percaya.
Kita belajar dari Andy bahwa mainan pu layak untuk diperlakukan dengan baik. Jika dianalogikan dengan kehidupan nyata, kita pun sebagai manusia sudah sepatutnya untuk memperlakukan orang lain dengan baik. Sesuai dengan prinsip solidaritas yaitu membangun kepedulian dengan orang lain.
Sebagai film terakhir Toy Story 4 bercerita tentang kisah Woody dengan pemiliknya yang baru. Disini Woody semakin dewasa dengan dapat menerima mainan lain sebagai bagian dari pemiliknya. Kita melihat bahwa Woody membangun rasa kepercayaan dengan pemiliknya.
Persahabatan tidak dibangun dalam waktu yang singkat. Ini pula yang dikisahkan dalam film Toy Story. Persahabatan membangun rasa kasih sayang, rasa percaya dan kesetiaan.
Secara keseluruhan Toy Story adalah kisah tentang mengatasa kecemburuan, pengalaman kehilangan dan juga kesetiakawanan.
Kisah ini sedemikian apiknya disajikan dalam film, bahkan pemerannya adalah mainan, seyogjyanya kita sebagai manusia dapat pula melakukannya dalam kehidupan sosial kita.
Dalam momentum bulan Ramadan kali ini, rasa solidaritas dapat ditumbuhkan melalui berbagai hal. Yang paling utama adalah berpuasa yang bertujuan untuk mengasah kepekaan sosial. Selain itu zakat yang ditujukan kepada fakir miskin bertujuan untuk memupuk rasa solidaritas dengan sesama.
-RSW/DPK/090520-