Selalu Dinantikan, Berlebaran di Rumah Ema dan Abah di Kampung
Dan akhirnya kami sampai di rumah ema dan abah yang terletak di depan sekolah SD. Rumah ema dan abah adalah rumah kampung jaman dahulu. Rumahnya panjang sekali, seperti kereta api.
Suasana Silaturahmi di Rumah Ema dan Abah
Di rumah ema biasanya semua saudara saya sudah mulai datang. Mulai dari uwa, tante, om dan tentu saja sepupu saya. Karena keluarga ibu sangat besar, rumah ema dan abah yang sangat panjang jadi ramai sekali. Sepupu saya saja jumlahnya mungkin ada sekitar 15 orang. 3 orang diantaranya sama umurnya dengan saya.
Pertama kali datang, kami langsung meminta maaf pada ema dan abah. Lalu disusul kepada uwa, tante maupun om saya. Terakhir biasanya bermaaf-maafan dengan sepupu saya.
Yang paling saya tunggu adalah sajian kue kering yang biasanya dibuat sendiri oleh ema saya. Aneka kue khas kampung tersaji di meja. Misalnya papais monyong, papais enten, koecang, kue satu, rangginang, rempeyek dan juga saroja. Semuanya makanan khas kuningan. Hebatnya semua makanan itu dibuat sendiri. Handmade istilah kerennya.
Terkadang jika suka dengan salah satu kue, kami tak segan dengan egoisnya melakukan eksekusi satu toples jadi milik sendiri. Itu adalah salah satu kenakalan kami.
Akhirnya saat sore hari adalah saat yang paling kami tunggu. Pembagian uang lebaran dari tante dan om saya. Kami berbaris rapi saat dibagikan uang lebaran. Semakin besar umurnya, semakin besar juga uang yang diterima. Semua mendapat uang kertas baru. Kami simpan baik-baik uang lebaran kami agar tidak hilang.
Malamnya kami menginap di rumah ema. Karena saking banyaknya orang, biasanya ema menggelar kasur di ruang tengah. Mungkin ada sekitar 5 sampai dengan 7 kasur digelar di lantai. Anak kecil biasanya tidur disini. Istilah sundanya 'tidur ngagoler' atau tidur di lantai. Semua tidur bertumpuk-tumpuk. Semakin erat semakin hangat.
Esok paginya kami betul-betul menikmati suasana pagi di pedesaan. Biasanya tampak sekumpulan bebek lewat di sawah dekat rumah ema. Lalu saya dan sepupu mandi di pancuran bambu yang ada di belakang rumah. Tidak lupa pula membuat serabi menggunakan kompor tanah yang masih ada di dapur rumah ema. Menyenangkan sekali.
Silaturahmi Ala Tahun 2000-an
Memasuki tahun 2000-an adalah tahun dimana ema dan abah saya sudah meninggal dunia. Namun dikarenakan rumah mereka masih ada, tradisi berkunjung masih kami lakukan. Rumah ema dan abah adalah tempat berkumpul keluarga besar ibu saya.