Puasa adalah Kekuatan
Sang Messiah yang asli sudah ditolak, bahkan mereka berusaha membunuh Nabi Isa AS. Jika saja Allah SWT tidak berkehendak untuk menyelamatkan Messiah yang asli kala itu pastilah orang-orang yang benar-benar menyombongkan diri dari golongan mereka saat itu akan tertawa dan meremehkan Sang Penciptanya sendiri. Namun Allah berkehendak supaya Messiah yang asli selamat dan turun kembali di masa yang akan datang dan ajarannya tetap lestari meski saat sekarang ini penuh dengan penyelewengan.
Meskipun Allah SWT marah kepada kaum Yahudi saat itu, mereka masih diberikan satu peluang untuk diampuni, yakni melalui Rasul terakhir. Allah SWT sudah memberi mereka tanda, yakni perpindahan kiblat umat Muhammad SAW kala itu menghadap Jerussalem. Audiensi pun telah dilakukan secara berkala kepada seorang dari Bani Quraish yang mengaku sebagai Nabi utusan Tuhan itu. Namun, seperti sebelumnya, kesombongan kaum Yahudi ini mengalahkan seluruh pengetahuan yang dimilikinya untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim AS yang sebenarnya dan memurnikan agama mereka.
Penolakan mereka kepada Nabi Muhammad SAW dan umat Islam kala itu, bahkan saat mereka berpuasa dengan syariat yang sama dengan apa yang diturunkan melalui Taurat, semakin menjadi-jadi dan membuat semuanya jelas. Pintu dan kesempatan terakhir itu akhirnya akan ditutup oleh Allah SWT. Namun, dengan segala kemurahan dan kasih sayang-Nya, kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar selalu terbuka bagi mereka yang di masa depan bersyahadat dan mengikuti Islam sebagai penerang jalannya. Sementara yang tetap menolak, akan mengikuti Dajjal, Sang Messiah palsu, seperti yang terjadi sekarang ini terhadap mereka yang mengaku Bangsa Israel di Palestina.
Tiga Perintah di Bulan Sya’ban
Tujuh belas bulan pun berlalu di Madinah, tanpa kejelasan identitas akibat ibadah yang mereka jalani. Sebenarnya mereka benar-benar memurnikan ajaran Nabi Ibarahim AS atau hanya sekedar mengikuti umat terdahulu. Nabi Muhammad SAW pun kerap melihat ke arah langit, seperti mempertanyakan, “sampai kapan wahai Pencipta Langit dan Bumi, hamba dan umat ini harus menghadap ke arah Jerussalem dalam melaksanakan sholat dan berpuasa layaknya umat terdahulu?”
Perintah itu pun akhirnya turun, kiblat pun dikembalikan ke arah Ka’bah. Hal yang sempat membuat kaum Yahudi terkejut, mengapa Muhammad dan kaumnya kembali ke arah Mekah, “apakah mereka sudah bosan dan malu mengikuti kita?” Sayangnya, mereka tidak berpikir kalau itu datang dari langit dan bertujuan untuk memberi tahu mereka bahwa pintu itu kini sudah ditutup. Pintu untuk mendapatkan keselamatan dan ampunan Tuhan Yang Maha Tinggi.
Saat ini sebenarnya Allah SWT juga ingin memberikan kejelasan identitas, bahwa umat Muhammad SAW berbeda dengan umat terdahulu. Akan tetapi belum bisa sepenuhnya terpisah karena bentuk puasa yang masih sama dengan syariat umat terdahulu. Ejekan-ejekan dan benih kebencian dari kaum Yahudi mulai nampak, belum lagi tekanan dari Mekah yang tidak rela sanak saudaranya mengikuti ajaran Muhammad SAW.
Maka Allah SWT menurunkan perintah berikutnya, bukan puasa, tetapi perintah untuk berjihad. Berjihad bisa jadi merupakan hal yang tidak kita sukai, namun sebenarnya ia baik dan mendatangkan kebaikan. Allah SWT menurunkan perintah jihad dengan tujuan supaya setiap muslim dapat mempertahankan diri dan keyakinannya masing-masing. Ketika opsi untuk berdamai justru akan menghilangkan identitas sebagai seorang muslim, maka pilihan yang kita sukai justru menjadi hal yang buruk dan akan mendatangkan keburukan bagi kita.
Allah SWT sudah memerintahkan masing-masing dari kita dan kepada umat ini, untuk bersiap mengangkat senjata melawan musuh yang akan menginjak-injak dan merampas milik dan identitas kita sebagai seorang muslim. Jadi pada dasarnya jihad diturunkan bukan untuk melakukan penjajahan tetapi ia diturunkan untuk melawan kejahatan serta penindasan. Ia diturunkan sebagai perintah untuk mempertahankan diri dari musuh yang menyerang.
Saat itu, permusuhan yang ditunjukkan kaum kafir Mekah sedemikian dahsyatnya, hingga mengarah ke arah pertempuran yang tidak terhindarkan. Jika harus berdamai, maka umat Islam akan kehilangan identitasnya sebagai seorang Muslim.
Di saat umat Islam mempersiapkan diri untuk berjihad ini lah turun perintah ketiga, perintah yang ditunggu-tunggu sejak awal kedatangan agama ini melalui lisan Muhammad yang mulia dan terpercaya. Perintah berpuasa akhirnya diturunkan sebagai perintah ketiga di bulan Sya’ban yang sama.