Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Penulis

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa adalah Kekuatan

13 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 13 Maret 2024   14:41 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa adalah Kekuatan
Ilustrasi: freepik.com

Hikmah Puasa Ramadhan

Mengapa perintah berpuasa turun di saat umat Islam bersiap untuk bertempur dan mengumpulkan kekuatan melawan musuh? Apa makna dari perintah berpuasa ini?

Puasa adalah kekuatan, ia menghubungkan langsung seorang hamba kepada Sang Penciptanya, yang dengan itu manusia terkoneksi tanpa perantara kepada Sang Pemilik Kekuatan itu sendiri. Lihatlah sejarah, umat muslim tidak akan pernah kalah di medan pertempuran, kecuali didahului dengan kehilangan iman, identitas, dan cahaya yang asalnya dari langit.

Kekuatan internal yang datang langsung dari Allah SWT lah yang membimbing seluruh aktivitas para mujahid dalam pertempuran. Ketika mereka melempar maka itu lemparan dari Allah, ketika mereka memukul maka itu pukulan dari Allah, ketika mereka melancarkan serangan maka itu serangan yang juga memperoleh restu dan energi dari langit.

Tidak pernah kekalahan umat ini tanpa didahului rusaknya akidah dan moral serta hilangnya cahaya yang sesungguhnya. Sebaliknya, seluruh kemenangan yang diraih, pasti lekat dan dekat dengan kekuatan tak terbatas yang bersumber langsung kepada Tuhan Pemilik Seluruh Alam. Afganistan sudah menunjukkan betapa kegigihan dan keimanan yang menyatu bisa mengalahkan tiga emporium terbesar yang berusaha menjajah mereka, Kerajaan Inggris Raya, Russia yang kala itu masih bernama Uni Soviet, terakhir Amerika dan sekutunya NATO, hingga mereka memperoleh kemerdekaan berkat kekuatan internal yang luar biasa, yang langsung terkoneksi kepada Allah SWT.    

Berpuasa merupakan ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah SWT. Bahasa yang digunakan oleh Allah SWT untuk menunjukkan hal ini sungguh sangat intim, “Bila kau berpuasa, kau berpuasa untuk Ku”. Bila kita berpuasa kita berpuasa langsung untuk Nya.

Bila sebuah panah dipatahkan tentunya hal itu sangatlah mudah, tetapi bagaimana bila ribuan panah menjadi satu? Puasa Ramadhan, memberikan rasa kebersamaan yang kuat bagi kita, di sebuah keluarga, di sebuah desa, di satu wilayah, di seluruh dunia. Setiap muslim berpuasa, dan rasa kebersamaan itu muncul di hati-hati kita. Bulan yang menjadikan kita satu. Tidak hanya ribuan, bahkan jutaan panah menjadi satu, dan itu merupakan kekuatan.

Untuk melawan sesuatu, bertempur tiap harinya, kita membutuhkan lebih daripada kebersamaan. Ketika kita melawan kita butuh daya tahan. Dan ketika kita berpuasa, kita selalu belajar untuk menahan diri setiap waktunya, setiap harinya. Puasa Ramadhan mendisiplinkan kita, dimana kualitas daya tahan dan kesabaran menjadi sempurna.

Bila kita bisa berpuasa untuk Allah SWT dari subuh hingga tenggelamnya matahari. Menahan nafsu dengan berpuasa hari demi hari, maka mengapa kita tidak bisa hidup untuk-Nya?

Ramadhan mengubah umat Muhammad SAW saat itu, menjadikan orang-orangnya hidup hanya untuk Sang Maha Hidup. Bila kita korelasikan di kehidupan saat ini, bisakah kita meninggalkan semua yang dilarang Nya, untuk kemudian hidup untuk Nya? Pekerjaan kita yang berhubungan dengan riba dan dosa, kebiasaan buruk kita yang selalu bermaksiat kepada Nya, semua dosa yang masih melekat dan terus berkembang biak dalam diri kita, bisakah kita meninggalkan semua itu demi hidup untuk Nya?

Ketika seseorang telah siap untuk mengorbankan hidupnya, ia dapat mengalahkan musuh yang jauh lebih kuat dari dirinya. Ketika seseorang telah siap untuk memberikan hidupnya untuk Sang Maha Hidup, ia tak akan dapat dikalahkan. Meskipun ia mati, alasan mengapa ia mengorbankan hidupnya akan selalu hidup, dan di akhiratlah kemenangan yang sebenar-benarnya. Dan hidup untuk Allah SWT memberikan kekuatan kepada diri kita. Baik dalam kehidupan maupun di medan perang, dan di setiap pertempuran. Karena hanya mereka yang dapat hidup untuk Nya, hanya mereka, yang dapat mati untuk Nya. Sisanya, hanya seperti debu yang datang dan pergi ditiup angin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun