Sharing berbagai pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi sesama
Memaknai Filosofis Ketupat, Makanan Tradisi Turun Temurun saat Lebaran
Kita sebagai warga negara Indonesia patut bangga Indonesia memiliki banyak tradisi, salah satunya saat lebaran disediakan hidangan khas yaitu ketupat. Ketupat adalah makanan tradisional berbahan dasar dari beras yang dimasukkan di dalam anyaman Janur dimasak dengan cara direbus serperti Lontong. Ketupat menjadi hidangan tradisional istimewa dan khas yang melekat yang disajikan di Lebaran Hari Raya Idul Fitri dan Hari Lebaran ke-7.
Yang kita perlu ketahui, ketupat memiliki sejarah. Berdasarkan informasi dari banyak sumber bahwasanya asal ketupat dimulai sejak masa hidup Sunan Kalijaga pada abad ke 15 sampai 16. Sunan Kalijaga menjadikan Ketupat sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman sehingga ada akulturasi budaya. Sunan Kalijaga juga membagikan Ketupat sebagai sarana untuk berdakwah menyebarkan agama Islam. Ini menjadi pendekatan budaya oleh Sunan Kalijaga untuk mengajak orang Jawa untuk memeluk agama Islam pada jaman itu.
Sunan Kalijaga juga memperkenalkan Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat merupakan budaya yang dimulai satu minggu atau 7 hari setelah lebaran. Secara perlahan, tradisi Ketupat yang khas melekat di Indonesia sebagai hidangan Lebaran.
Ketupat memiliki asal dari kata "Kupat" yang memiliki arti ganda yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Empat tindakan antara lain: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar), dan laburan (menyucikan diri).
Ketupat memiliki makna filosofis yang berarti yaitu :
Janur Kuning
Ketupat biasanya dibuat dengan janur kuning. Menurut sejarahnya, janur kuning merupakan perlambang sebagai penolak balak. Dalam filosofi Jawa, janur bermakna sejane ning nur (arah menggapai cahaya Illahi). dan juga kuning bermakna sabdo dadi (yang dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening).
Dengan demikian, penggunaan janur kuning dalam membuat ketupat itu mengandung makna cita-cita untuk menggapai keadaan hati dan jiwa manusia yang suci setelah mendapatkan nur/ cahaya dari Allah.
Bentuk Empat Sudut
Ketupat memiliki bentuk segi empat yaitu menunjukkan empat penjuru mata angin. Bentuk segi empat ketupat melambangkan kiblat papat limo pancer atau empat arah mata angin dan satu pusat. Bentuk ini mencerminkan keseimbangan alam. Secara religius, bermakna bahwa kemana pun manusia itu berjalan pasti selalu menuju ke satu arah yaitu Allah, Sang Khalik. Sedangkan secara akhlaki, mencerminkan empat macam nafsu manusia, yaitu amarah (nafsu emosional) aluamah (nafsu untuk memuaskan rasa lapar), supiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah), dan mutmainah (nafsu untuk memaksakan diri). Keempat nafsu ini hanya mampu ditaklukkan oleh satu amaliyah, yaitu dengan berpuasa. Dalam tradisi, ketupat lebaran disimbolkan bahwa seseorang yang memakan ketupat, orang itu dianggap sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut.