Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.
Samber THR, Samber 2023, H8: Masjid Ikonik, Asasi
Waw, sudah Samber THR, Samber 2023, Hari 8. Tema konten kita Masjid Ikonik. Pilihan kita Masjid Asasi Padang Panjang.
Di salah satu sudut Nagari Sigando, di Kota Padang Panjang terdapatlah sebuah masjid ikonik. Masjid tertua itu berdiri kokoh hingga saat ini. Masjid itu dibangun pada tahun 1702, dan didirikan oleh masyarakat dari 4 koto yang ada di kota itu, dari daerah Gunuang, Paninjauan, Tambangan, dan Jaho.
Masjid ini awalnya surau. Disebut Surau Gadang Sigando. Awalnya surau tersebut tampak sederhanan dengan kayu dan beratap ijuak.
Ijuak merupakan Ijuk yang dihasilkan dari pohon bernama aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunga aren keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Makin tua, produksi ijuknya makin banyak.
Kota Padang Panjang memang memiliki peninggalan sejarah yang banyak sekaitan dalam pengembangan pendidikan dan dakwah Islam di sini. Selain banyak pesantren ikonik, ya itu, ada masjid tua yang berdiri kokoh dengan ciri khasnya.
Masjid Asasi yang disinggung di atas terdapat di Kelurahan Sigando Nagari Gunuang, Kecamatan Padang Panjang Timur.
Versi literatur menyebutkan bahwa masjid Asasi berdiri dengan masjid berkonsep arsitektur Minangkabau. Mayoritas informasi diketahui dari berbagai sumber, Surau Gadang itu merupakan asal mula Masjid Asasi.
Masjid itu berdiri pada tahun 1685 Masehi. Merupakan masjid tertua nomor dua di Indonesia setelah Masjid Saka Tunggal di Banyumas, Jawa Tengah yang dibangun sekitar tahun 1200.
Masjid Asasi, berawal dari Surau Gadang. Surau itu terletak di Nagari Sigando, Kota Padang Panjang, Sumatra Barat. Sejak abad ke 17, masjid diperkirakan sudah berdiri dan tercatat sebagai masjid tertua di Padang Panjang. Arsitekturnya pun sengaja òjmengikuti bentuk masjid tradisional Minangkabau.
Dari mulai didirikan, konstruksi masjid tak mengalami kerusakan berarti, meskipun daerah itu dilanda gempa besar pada 1926. Lalu gempa lagi pada 2009. Karena bahan dari kayu kuat, sehingga tetap kuat meski dihoyak gempa.
Pemugaran yang selalu dilakukan berupa penggantian atap ijuk dan dinding dengan tak mengubah keaslian bentuk masjid Asasi.
Pemerintah Indonesia telah lama menetapkan masjid Asasi sebagai benda Cagar Budaya di bawah naungan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.
Masjid Asasi saat ini menjadi salah satu ikon dan daya tarik wisata di Kota Padangpanjang ini.
Di Sumatera Barat, identik cikal bakal masjid surau suku/kaum. Demikian juga Masjid Asasi berawal dari surau kaum/suku Datuk Kayo Suku Koto Nan Baranam. Datuak dan kamanakan mendirikan surau kaum itu, yang berdiri sejak abad ke-17.
Bangunannya terbuat dari kayu kuat dengan atap terbuat dari ijuk. Makin kembang kaum sesuai perjalanannya, surau tersebut menjadi pusat ibadah penduduk Nagari Ampek Koto, seperti Nagari Gunung, Paninjauan, Tambangan, dan Jaho. Sejak itulah dijuluki sebagai Surau Gadang.
Berdasarkan catatan Kerapatan Adat Nagari (KAN) Ganuang menyebutkan, bahwa pembangunan Surau Gadang oleh pendahulu Masjid Asasi dilakukan sekitar tahun 1770.
Tukang-tukang didatangkan dari Nagari Pandai Sikek. Nagari yang terkenal ahli bertukang kayu dengan seni ukiran nan Indah atau rancak bana.
Pembangunan memakan waktu 5 tahun dan diperkirakan selesai pada tahun 1775. Tahun 1912, atap surau diganti, yang terbuat dari ijuk diganti menggunakan seng. Selanjutnya, pada tahun 1956, dinding-dinding yang sudah lapuk diperbarui.
Mohammad Zein, salah seorang ulama yang pernah mengajar di Surau Gadang mengajarkan penduduk membaca ayat Al-Quran, ilmu umum seperti logika, dan ilmu bela diri silat.
Sebelumnya, ia murid dan pernah belajar di Surau Haji Miskin. Muhammad Zein ikut pula terlibat dalam pemberontakan Belasting pada 1908.
Sebelum masa kemerdekaan, masjid ini pernah menjadi basis pengembangan Islam melalui kehadiran Madrasah Thawalib Gunuang dan masih ada hingga sekarang, yang berlokasi di sekitar masjid Asasi.
Pada awal abad ke-20, Masjid Asasi ini masih dijadikan pusat aktivitas keagamaan penduduk Nagari. Terutama Nagari Ampek Koto.
Namun, seiring lajunya pertambahan penduduk, sejumlah surau-surau pun sudah dibangun, masjid ikut dialihfungsikan menjadi masjid. Surau pun seperti Surau Ngalau, Surau Koto Katiak, Surau Gantiang, dan Surau Lubuak Padang Marapulai berdiri.
Sekarang pun masjid ini masih kokoh meski sudah beratus masjid berdiri sebagai penerusnya.