Empat Hikmah Film "Hafalan Shalat Delisa"
Hikmah yang aku petik dari scene ini adalah bahwa kita harus mengungkapkan kasih sayang kepada orang tua, karena kita tidak pernah tahu kapan ajal menjemput. Sebagaimana Delisa, ia masih saat kecil ketika musibah melanda.
Tidak Menyerah
Tidak banyak drama ketika Delisa mengetahui bahwa kaki sebelahnya harus diamputasi karena telah membusuk akibat tertimpa benda-benda yang terbawa arus. Ia tetap digambarkan seperti Delisa sebelumnya yang ceria dan seolah tak ada apapun yang terjadi. Bahkan, ketika mengetahui umi dan ketiga kakaknya telah "pergi".
Delisa menjadi malaikat yang mengobarkan semangat terhadap para korban yang mulai putus asa akibat kehilangan harta benda dan keluarga. Walaupun dibantu dengan tongkat, Delisa tetap menjadi magnet dalam permainan bola yang menciptakan kegembiraan.
Dari sini kita belajar, bahwa apapun cobaan yang diberikan Tuhan kita harus cepat "move on". Tidak ada gunanya mengeluh. Karena Allah tidak memberikan beban kepada manusia sesuai kesanggupannya.
Ikhlas
Dalam suatu kesempatan, Delisa yang kembali menghafal bacaan salat, bertanya kepada Ustadz Rahman, mengapa dia susah melakukan sesuatu tanpa menjelaskan secara spesifik maksudnya. Ustadz menjawab, "Orang yang susah melakukan sesuatu itu karena hatinya tidak ikhlas. Tidak ikhlas itu artinya dia melakukan sesuatu bukan karena Allah."
Delisa mengingat kembali selama ini dia hanya mengharapkan hadiah. Ia melakukan karena imbalan termasuk ungkapan cintanya kepada umi karena iming-iming coklat dari Ustadz. Ketika menjelang hari ujian bacaan salat, abi menjanjikan hadiah kepada Delisa seperti hadiah Umi. Namun, ia menolaknya.
"Abi, Delisa hanya ingin bisa shalat dengan baik."
Delisa hanya ingin mendoakan umi, saudara, temannya yang sudah ia ikhlaskan.
Dalam Islam, ikhlas pun menjadi salah satu syarat diterimanya amalan seseorang. Ikhlas, sebuah kata yang gampang diucapkan tapi berat dalam prakteknya.