Empat Hikmah Film "Hafalan Shalat Delisa"
"Hafalan Shalat Delisa" sukses membuatku bercucuran air mata bahkan sejak menit-menit pertama. Film ini mengisahkan tentang Delisa, salah seorang penyintas Tsunami Aceh yang terjadi 26 Desember 2004 silam. Delisa merupakan sosok nyata yang kehilangan ketiga saudara dan ibunya dalam bencana itu. Ia bahkan kehilangan kaki kanannya yang harus diamputasi karena infeksi usai lima hari musibah terjadi.
Film ini berlatar di Lhok Nga, Aceh. Salah satu daerah terparah yang terkena dampak tsunami. Lhok Nga merupakan pesisir Samudera Hindia. Dari awal dimulai, film ini kental dengan nuansa religi Islami.
Tak butuh waktu lama bagi sang sutradara untuk mengeksekusi inti tayangan ini yaitu tsunami. Gelombang air besar yang terjadi akibat gempa di dasar laut. Diawali gempa pertama yang hanya dikira fenomena biasa. Delisa kecil bersama ibunya tetap berangkat ke sekolah untuk ujian praktek bacaan salat. Sementara, ketiga kakak perempuannya, menunggu di rumah. Rumah panggung terbuat dari kayu yang begitu hangat. Sementara, ayahnya bekerja di kapal tanker perusahaan internasional.
Khusyuk
Delisa digambarkan sebagaimana anak kecil pada umumnya, ceria, polos, rasa ingin tahu tinggi, dan ceplas-ceplos. Ia masih kesulitan dalam mengingat bacaan salat. Umi, ibunya membelikan sebuah kalung berinisial "D" yang akan diberikan saat Delisa lulus.
Saat tiba giliran Delisa diuji oleh gurunya Ustadz Rahman, air menyapu seluruh Lhok Nga. Delisa tenggelam dalam bacaannya. Ia tak mendengar gemuruh air, orang berlarian hingga teriakan ibunya. Sebelumnya Ustadz Rahman berkisah ada sahabat Nabi Muhammad SAW yang saking khusyuknya salat, ada kalajengking besar mencapit punggungnya pun tidak kerasa.
Ustadz menjelaskan khusyuk itu fokus, pikirannya cuma satu. Dalam bahasa sederhana dia menjelaskan kepada Delisa, ibarat Delisa yang suka menendang bola, mau hujan, mau sakit, mau dipanggil umi tetap bermain bola karena pikirannya cuma satu yaitu menendang bola.
Dalam Surat Al Baqarah ayat 45-46 dijelaskan bahwa orang yang khusyuk itu yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. Sehingga saat salat merasa sedang berhadapan dengan Allah dan memfokuskan diri merenungi ayat.
Ungkapan Cinta kepada Orang Tua
"Delisa mencintai umi karena Allah". Mendengar perkataan putri bungsunya, sang ibu tak bisa menahan air mata langsung menangis memeluk Delisa. Sang Umi pun berkata sebaliknya jika ia mencintai Delisa karena Allah. Di bagian akhir film ini pun, Delisa mengatakan hal yang sama kepada ayahnya yang dipanggilnya Abi Usman.
Hikmah yang aku petik dari scene ini adalah bahwa kita harus mengungkapkan kasih sayang kepada orang tua, karena kita tidak pernah tahu kapan ajal menjemput. Sebagaimana Delisa, ia masih saat kecil ketika musibah melanda.
Tidak Menyerah
Tidak banyak drama ketika Delisa mengetahui bahwa kaki sebelahnya harus diamputasi karena telah membusuk akibat tertimpa benda-benda yang terbawa arus. Ia tetap digambarkan seperti Delisa sebelumnya yang ceria dan seolah tak ada apapun yang terjadi. Bahkan, ketika mengetahui umi dan ketiga kakaknya telah "pergi".
Delisa menjadi malaikat yang mengobarkan semangat terhadap para korban yang mulai putus asa akibat kehilangan harta benda dan keluarga. Walaupun dibantu dengan tongkat, Delisa tetap menjadi magnet dalam permainan bola yang menciptakan kegembiraan.
Dari sini kita belajar, bahwa apapun cobaan yang diberikan Tuhan kita harus cepat "move on". Tidak ada gunanya mengeluh. Karena Allah tidak memberikan beban kepada manusia sesuai kesanggupannya.
Ikhlas
Dalam suatu kesempatan, Delisa yang kembali menghafal bacaan salat, bertanya kepada Ustadz Rahman, mengapa dia susah melakukan sesuatu tanpa menjelaskan secara spesifik maksudnya. Ustadz menjawab, "Orang yang susah melakukan sesuatu itu karena hatinya tidak ikhlas. Tidak ikhlas itu artinya dia melakukan sesuatu bukan karena Allah."
Delisa mengingat kembali selama ini dia hanya mengharapkan hadiah. Ia melakukan karena imbalan termasuk ungkapan cintanya kepada umi karena iming-iming coklat dari Ustadz. Ketika menjelang hari ujian bacaan salat, abi menjanjikan hadiah kepada Delisa seperti hadiah Umi. Namun, ia menolaknya.
"Abi, Delisa hanya ingin bisa shalat dengan baik."
Delisa hanya ingin mendoakan umi, saudara, temannya yang sudah ia ikhlaskan.
Dalam Islam, ikhlas pun menjadi salah satu syarat diterimanya amalan seseorang. Ikhlas, sebuah kata yang gampang diucapkan tapi berat dalam prakteknya.
Buat yang belum menonton bisa melihat trailernya di sini.
Judul: Hafalan Shalat Delisa (Adaptasi dari Novel Tere Liye dengan judul yang sama)
Pemeran: Chantiq Schargerl (Delisa), Reza Rahadian (Abi Usman), Nirina Zubir (Umu Salamah), dll
Sutradara: Sony Gaokasak
Penulis: Armantono
Rating usia: 13+
Genre: Drama
Tahun Rilis: 22 Desember 2011