Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat
Mau Bebersih Rumah Buat Lebaran, Kok Sayang ya Barang Menumpuk Dibuang?
"Siapa tau nanti kita perlu", "Mungkin nanti ada orderdil yang bisa dipakai", "siapa tau bisa jadi barang vintage". "Mungkin bisa jadi kreatifitas baru?". Banyak sekali yang bisa dijadikan alasan kita agar barang yang semakin lama semakin tertimbun dirumah menjadi sampah tersembunyi tapi urung kita buang. Jangan-jangan kita jenis Hoarding Disorder?
Sebagian barang yang kita timbun tapi ternyata tak kita simpan dengan baik pada akhirnya menjadi sampah yang sama sekali tak berguna. Beberapa sampah koran dan buku yang tersimpan di gudang belakang rumah, belakangan ternyata rusak akibat atap gudangnya bocor.
Sedangkan baju-baju apkiran anak-anak sejak bayi atau seragam sekolah yang tidak terpakai, selalu saya bagikan kepada saudara atau mantan murid yang membutuhkan dan berkebetulan main ke rumah. Atau sengaja saya kabari bagi yang memerlukan.
Tapi khusus barang koleksi yang masih kategori hobi tetap saya simpan meski rencana untuk menjadikan hiasan dinding belum kesampaian. Barangnya saya simpan baik dan rapi di rumah.
Dibuang Sayang
Banyak orang memang sayang membuang barang jika kondisinya masih baik. Sebagian orang mungkin menganut gaya frugal living atau menjalankan ekonomi sirkular sehingga enggan membuang barang meski telah menumpuk di rumah. Sehingga selalu merasa sayang jika membuangnya.
Frugal living adalah tentang mengelola keuangan dengan bijak. Orang yang menjalani gaya hidup frugal membeli barang dan layanan yang dibutuhkan, memperhatikan kualitas, dan mencari cara untuk menghemat uang tanpa mengorbankan kebutuhan dasar.
Gerakan ini dirintis oleh seorang ahli finansial bernama Vicki Robin dan Joe Domingues, dan di tahun 2007, tepatnya setelah krisis ekonomi global di Amerika Serikat, masyarakat dituntut untuk bisa bertahan hidup dengan sedikit pengeluaran.
Sedangkan Ekonomi sirkular, ekonomi berdaur, atau ekonomi melingkar adalah sebuah alternatif untuk ekonomi linier tradisional di mana pelaku ekonomi menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin. Alih alih membeli barang baru, lebih baik memperbaiki atau mengalihkannya untuk pemanfaatan lain.
Di banyak negara, sampah bukan hanya sekedar limbah rumah, tapi barang yang sudah tidak lagi terpakai dan dianggap memenuhi rumah menjadi barang yang sering di apkir atau dibuang.
Dengan cara menempatkannya di pinggir jalan dan memberi keterangan kondisi barang agar dapat segera diambil oleh orang lain dan bisa dimanfaatkan. Semakin lama barang berada di pinggir jalan juga akan ada ancaman pelanggarannya.
Sehingga tak heran bagi banyak mahasiswa Indonesia yang memanfaatkan banyak barang jenis tersebut. Misalnya seperti lemari pakaian, lemari buku, filling kabinet, meja belajar hingga komputer ukuran besar dan abrang elektronik lainnya seperti televisi.