Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat
Mau Bebersih Rumah Buat Lebaran, Kok Sayang ya Barang Menumpuk Dibuang?
Dan saat mereka selesai studi barang-barang tersebut di bagikan kepada teman lainnya. Termasuk buku yang mungkin bisa bermanfaat bagi orang lain.
Saat tsunami dulu, banyak tetangga yang membuang barang dalam kondisi yang baik,seperti sepeatu roda, akuarium, kursi atau perlengkapan rumah yang layak pakai dan perkakas dapur layak pakai, sehingga bisa dimanfaatkan banyak orang yang membutuhkan.
Seringkali barang di rumah kita yang terus bertambah sementara barang lama juga enggan kita buang. Sebagian kita tak menyadari jika rumah semakin lama terasa sempit.
Setiap keputusan untuk menyimpan sesuatu yang mungkin dibutuhkan akan dengan cepat membuat ruangan kita dipenuhi oleh barang yang tidak memiliki tempat atau kegunaan untuk saat ini. Kita sebenarnya tidak perlu bergantung pada kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Apalagi jika yang selalu mengikut tren. Pada awalnya kursi tamu yang berbeda-beda bisa menjadi gaya layaknya vintage atau trend baru. Sofa berwarna-warni menyajikan nuansa yang tidak membosankan. Tapi saat jumlahnya terus bertambah dan dipindah ke ruangan lain, bahkan hingga menyesaki kamar tidur, maka membuat rumah makin sempit.
Seorang teman memanfaatkannya menjadi dudukan keren di kafenya. Tapi bagaimana bagi yang hanya bisa memutar tempat di dalam rumah saja. Mengapa sebagian kita "sayang" membuangnya dan mempertahankan tetap menyesaki rumah?.
Padahal tumpukan barang sebagiannya justru membuat kita stres karena harus memikirkan tempat dan menjaganya.
Alasan yang paling umum, bahwa barang tersebut "dibeli" sehingga akan menghabiskan uang jika "dibuang" dari rumah. Apa yang sebenarnya terjadi sebenarnya adalah sunk cost fallacy.
Biaya yang telah dikeluarkan dan tidak dapat diperoleh kembali. Biaya hangus dikontraskan dengan biaya prospektif, yang merupakan biaya masa depan yang dapat dihindari jika tindakan diambil.
Bahkan karena sulitnya untuk memutuskan membuang barang, ada orang yang membutuhkan buku panduan,karena berpikir bahwa mungkin mereka membutuhkannya kelak. Kita hanya perlu menyimpan salinan fisik dari beberapa hal yang lebih penting, seperti dokumentasi pribadi atau akta.
Apalagi jika yang dibuang adalah lukisan atau karya seni anak. Meski menyayangi mereka, kita mungkin bisa selektif memilihnya. Apalagi jika terbawa rasa sentimental terhadap barang tertentu.
Gejala Hoarding Disorder?