Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.
Memaknai Perayaan Waisak dan Purnama Ramadan di Tengah Pandemi, Tolong Cucilah Kerannya Sekalian!
"Individually, we are one drop. Together, we are an ocean." --- Ryunosuke Satoro
Satu hal yang menyolok terkait terjadinya pandemi Covid-19 sekarang ini adalah revitalisasi budaya cuci tangan sebagai budaya menjaga higienis untuk kesehatan bersama.
Hal tersebut sesuai dengan rekomendasi dari badan kesehatan dunia (WHO) yang menetapkan cuci tangan sebagai salah satu hal penting yang harus dilakukan khalayak selain menjaga jarak fisik (physical distancing) dan memakai masker untuk mencegah penyebaran virus corona yang sangat cepat.
Kenapa kita harus menunggu rekomendasi dari WHO? Padahal sudah semestinya kita mengetahui bahwa budaya cuci tangan merupakan budaya peninggalan nenek moyang yang sudah ada sejak zaman dulu kala.
Meski cukup menyedihkan namun tak apa. Sejak sosialisasi pentingnya cuci tangan guna mencegah penyebaran virus corona dilakukan oleh berbagai instansi kesehatan, segera cuci tangan menjadi salah satu ritual penting yang banyak dilakukan oleh orang-orang.
Wastafel permanen maupun portable pun langsung bermunculan di lokasi-lokasi publik yang ada. Seperti di pertokoan, perkantoran, pusat-pusat keramaian, fasilitas publik serta lokasi-lokasi strategis lainnya. Sebagian merupakan keterpaksaan yang harus dilakukan karena peraturan tegas yang diberlakukan, sebagian lagi karena keikhlasan akibat mulai tumbuhnya kesadaran yang diharapkan.
Salah satu contoh gampangnya adalah wastafel yang disediakan oleh mini market-mini market seperti Indomaret, Alfamart, dan lain-lainnya. Mungkin karena aturan yang ditetapkan dari pusat, maka pada sekarang ini pada setiap mini market yang ada, bisa dipastikan selalu menyediakan wastafel untuk cuci tangan.
Beberapa ada yang langsung membuat wastafel permanen yang nyaman. Namun kebanyakan lainnya hanyalah wastafel portable yang menyerupai dispenser untuk minuman segar.
Tentunya tidak ada masalah dengan keberadaan wastafel permanen yang memang pantas dan layak digunakan untuk cuci tangan. Namun untuk wastafel portabel, ada banyak catatan yang harus ditingkatkan untuk diperbaiki.
Pertama karena wastafel portable ini harus diisi air secara manual, seringkali saya mendapati wastafel portable airnya habis dan petugas yang bertanggung jawab mengisinya abai untuk memperhatikan hal itu.
Kedua karena bersifat portable seringkali kelengkapan fasilitas pendukungnya kurang memadai. Misalnya sanitasi untuk penyaluran air buangan seringkali tidak layak. Akibatnya air menjadi tergenang, lokasi menjadi becek dan nampak jorok.