Pemulung hikmah yang berserakan untuk dipungut, dirangkai menjadi sebuah tulisan dan pelajaran kehidupan.
Harga Bahan Pokok Naik, Jualan Makanan Online Makin Lesu
Tumben pagi tadi sepulang berbelanja di pasar, istri ngajak ngobrol soal hasil buruannya di pasar untuk keperluan dapur persiapan buka puasa dan sahur nanti.
"Harga sayur dan bumbu-bumbu udah semakin naik Yah, Ayah harus semangat posting promosi jualan makanan di facebook supaya gajih Ayah kita putar terus untuk jualan"
Demikian istri membuka obrolan pagi tadi, kalimat sederhana tetapi dalam akan makna, antara realita dan strategi cara menghadapinya. Realitanya harga kebutuhan pokok sekarang naik semua, strateginya gaji harus diputar untuk jualan.
Lantas saya merespon pembuka obrolan istri dengan mengajukan pertanyaan, "Naiknya lumayan drastis Bun?"
"Iya yah, beras naik semua rata-rata perkilo udah di harga 11.000, bawang sekilo sekarang harga 40.000 ribu, cabai harga 20.000 ribu, gula pasir 18.000, minyak goreng 12.500 dan semua jenis sayuran harga naik semua Yah"
"Wah lumayan yah Bun pasti gajih cepat habis", sembari berfikir bagaimana berkreasi dalam promosi online di media sosial supaya jualan makanan online laku banyak yang order.
"Lumayan lah yah, kalau ngandelin gajih Ayah buat makan nggak bakalan cukup, makanya harus diputar karena bulan ramadhan semua kebutuhan pokok naik, Bunda nggak mau kalau harus jual emas lagi."
Kalimat terakhir yang membuat saya sedih sekaligus merasa bersalah, dampak pandemi Corona membuat usaha katering kami kini sepi orderan selama hampir dua bulan.
Sepi orderan karena sudah tidak ada resepsi pernikahan, acara-acara yang menghadirkan banyak orang seperti seminar, workshop, tasyakuran dan acara-acara lainnya karena adanya pembatasan sosial.
Akibatnya kini kami hanya mengandalkan gaji saya sebagai guru swasta non sertifikasi, bulan lalu gaji tidak cukup sehingga sedikit tabungan berupa emas harus dijual.
Bulan ramadhan ini agak mendingan karena kami jualan makanan online bisa agak mutar sebab jualan makanan untuk takjil buka puasa, tetapi tetap saja tidak sama dengan tahun lalu.
Orang-orang kini lebih banyak dirumah sehingga mereka lebih punya banyak waktu untuk membuat takjil dan makanan berbuka puasa sendiri dirumah.
Sementara harga kebutuhan pokok naik, logistik operasional produksi makanan untuk dijual online juga naik, tetapi penjualan lesu karena orang lebih banyak dirumah bikin makanan sendiri.
Kemudian di akhir ramadhan biasanya kami selalu full order untuk acara buka puasa bersama (bukber), sekarang bukber sudah dilarang sehingga jelas akan semakin menambah sepinya orderan usaha makanan kami.
Dampak pandemi Covid-19 terhadap usaha katering kami begitu terasa, kini kami hanya mengandalkan gaji guru swasta non sertifikasi yang tidak seberapa, sementara harga kebutuhan pokok saat ramadhan terus mengalami kenaikan.
Jualan makanan online untuk buka puasa supaya uang berputar, tetapi sekarang orang karena Covid-19 banyak di rumah saja sehingga punya banyak waktu untuk membuat makanan buka puasa sendiri.
Kondisi yang sulit, usaha (ikhtiyar) sudah dilakukan dengan berbagai upaya dan berbagai strategi, sisanya tinggal pasrah berserah diri (tawakal) kepada Allah SWT sang Maha Kuasa, Maha Pemberi Rezeki, Maha Rahman Rahim.
Semoga badai segera berlalu...
Rori Idrus
KBC-57 Brebes Jawa Tengah
(Lawan Corona Pakai Konten)