Sebagai Pengusaha Kami Ikhlas Tidur di Kampung
Toleransi sudah mendarah daging.
Sewaktu usaha kami mulai maju ,maka pelanggan bertambah banyak. Yakni para petani dan Pedagang pengumpul dari berbagai daerah di Sumatra Barat Yang merupakan daerah penghasil Kulit Manis dan kopi, selain dari daerah Kerinci.
Menjelang Lebaran tiba, maka kami menyampaikan pada para pelanggan bahwa kami akan berkunjung ke kediaman mereka. Awalnya dikira kami bercanda. Tapi kami jelaskan bahwa kami serius yang disambut dengan sangat antusias, karena semenjak dulu tidak ada pengusaha yang mau berkunjung ke kediaman pelanggan.
Bagi mereka dikunjungi oleh: "Boss" sungguh merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.
Pada hari Raya Idul Fitri
Kami sekeluarga meluncur dari Padang menuju Batu Sangkar Disini Ada pelanggan kami namanya Pak Sep,Pak Alex.Dirumah pak Sep kami dijamu makan Begitu pula dirumah pak Alex ternyata sudah dipersiapkan makanan . Tidak tega menolak maka kami makan lagi .Kemudian kami menuju Simabu disini ada beberapa pelanggan kami. Dijamu lagi sampai tidak kuat lagi karena full. Karena kalau kami menolak makan mereka akan merasa kecil hati karena dirumah pelanggan lain kami makan . Mengapa dirumah mereka tidak?
Bagi orang Kampung saking senang dikunjungi maka mereka memegang prinsip :" Indak kayu ,janjang dikapiang" Bila tidak ada kayu maka anak tangga akan mereka potong .Maksudnya tamu harus disuguhi masakan enak , kalau perlu ayam peliharaan dijadikan santapan
Anak anak kewalahan dan tidak mau lagi makan walaupun dibujuki pelanggan.
Tidur Beralas Tikar