Rudy
Rudy Lainnya

Move on

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Yogyakarta, Rindu yang Kan Terobati

24 Maret 2024   13:18 Diperbarui: 24 Maret 2024   16:15 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yogyakarta, Rindu yang Kan Terobati
Gadis keturunan Palestina di Sukabumi (dream.co.id)

Ramadhan yang dirindukan. 

Ramadhan itu indah. 

Dimulai dengan aktivitas sahur dengan tentunya bangun pagi tidak seperti hari-hari bukan bulan puasa.

Seharian dari waktu Imsak hingga Maghrib umat Muslim menahan lapar dan dahaga.

Begitu bedug ditalu, mereka pun segera menikmati takjil yang dibeli tadi di parkiran. Mulai dari kolak, gorengan, es buah, dan sebagainya.

Selepas berbuka puasa, mereka melakukan sholat tarawih. Mereka juga tadarusan dan khatam Al Qur'an.

Ya Ramadhan itu indah.

Ketika bulan yang suci ini sudah sampai sepertiganya, maka mulailah terpikir oleh kita untuk nantinya merayakan Lebaran di kampung halaman tercinta. Alias mudik.

Apa-apa yang mau dibawa ke kampung halaman, tentu dengan sendirinya sudah terbayang di benak.

Meski ada kesamaan, namun ada juga perbedaan tentang barang-barang apa saja nantinya yang akan dikemas.

Yang penting umumnya barang-barang itu adalah mulai dari ATM, handphone, atau pakaian. Itu secara sederhana saja.

Untuk yang lebih ribet, tentunya barang-barang yang akan dibawa ke kampung halaman lebih banyak dan semarak lagi.

Dan satu lagi dari kesemuanya adalah membawa rindu.

Ya, rindu akan kampung halaman tercinta dengan suasananya yang sudah ada dibenak kita.

Terlebih bagi mereka yang sudah setahun bahkan lebih lama tidak pulang kampung.

Homesick semakin menggebu-gebu.

Saya sendiri sudah setahun tidak pulang kampung.

Terakhir pulkam adalah pada Lebaran tahun kemarin.

Terbayang di pikiran bagaimana nanti akan bertemu lagi dengan orang-orang , teman-teman, kaum kerabat, dan mereka yang dulu kenali.

Akan saling menyapa.

"Hei kamu ya? Wah makin keren aja kamu!"

Begitu kira-kira kenalan kita di kampung halaman menyapa.

Atau,

"Wah sudah jadi bos nih..."

"Makin kaya aja bos..."

Yang disapa hanya senyam-senyum saja.

Sekedar keakraban dua atau lebih orang yang sudah lama tidak bersua.

Dalam suasana begini saya terkenang pada lagu "Yogyakarta" ciptaan KLA Project.

Di situ diciptakan betapa kota Jogja masih seperti dulu.

Tiap sudut menyapa penuh selaksa makna.

Orang duduk bersila.

Musisi jalanan mulai beraksi.

Pada saat itu KLA Project merasa lara karena kehilangan kekasihnya.

Oh kota Jogja.

Sepertinya kota kampung halaman saya itu tidak jauh berbeda seperti "Yogyakarta" nya KLA Project itu.

Kampung halaman saya di Sukabumi, Jawa Barat.

Di Lebaran mendatang saya juga akan seperti "Yogyakarta" nya KLA Project.

Hingga rasa rindu ini akan kampung halaman terobati.

Sukabumi dengan kotanya yang sejuk. Orangnya yang ramah-tamah dan menyapa.

Di sana juga akan saya cicipi makanan khas kotanya Syahrini ini.

Mulai dari moci, banderos, ketupat, mie, serabi, nasi kuning, dan sebagainya.

Juga rindu untuk menyantap uli dan tape ketannya dan rengginang yang setiap tahunnya di hari Raya Idul Fitri selalu diberikan oleh tetangga.

Hmm.... Nya....mi...

Rindu yang akan terobati.

Namun harus sabar.

Karena waktu berjalan.

Rindu yang akan terobati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun