Menghadapi Kelahiran Anak di Malam Ramadan
Pengumuman terdengar lagi dari corong pengeras suara masjid, waktu imsak telah masuk. Masih menunggu sampai selesai azan subuh sebelum dua perawat tadi masuk kembali untuk melanjutkan proses persalinan.
Istri saya kembali mengejan, mendorong sekuat yang ia mampu, beberapa kali, lagi dan lagi. Tetap saja gagal. Salah satu perawat gemas dan tak tahan akhirnya bersuara tinggi, "Ibu! Dorong!" ia hampir putus asa.
Entah energi datang dari mana, dorongan yang terakhir kuat sekali. Ketiga perawat bersamaan berteriak, "Ya, ya, ya ...!" dan bagai meluncur dengan derasnya, bayi kami lahir, tangisannya yang keras disambut pekikan alhamdulillah oleh kedua perawat yang berjilbab.
"Wah, laki-laki, berarti namanya Muhammad Ramadan." Kata salah seorang di antaranya.
Ia lahir tepat pukul 6 lewat 10, dengan panjang 49 cm dan berat 3,15 kg. Suatu keajaiban, sebab kata perawat jika sampai jam 6 anak ini belum lahir, ia tak akan menangis. Nyatanya Allah memberi bonus hingga lewat 10 menit. Rasa syukur yang tak terhingga saya haturkan atas karunia ini.
Saya kemudian diminta mengisi formulir, yang salah satu kolomnya memuat nama bayi.
"Tirto Medan Priyayi Ihsan".
Nama itu akhirnya menjadi nama bayi laki-laki kami. Terinspirasi dari seorang pahlawan nasional, Tirto Adhi Soerjo, pendiri media "Medan Prijaji" yang kami kagumi pribadinya.
Dua hari berikutnya, kami diperbolehkan pulang. Kami merasa waktu di rumah sakit berlalu begitu cepat seusai anak kami lahir. Tidak lain karena pelayanan rumah sakit itu adalah pelayanan yang terbaik yang pernah kami alami.
Serta kamar rawat inapnya yang rapi, bersih, serta diawasi secara ketat dari orang-orang yang tidak berkepentingan. Petugasnya ramah-ramah, mulai dari cleaning service, pengantar makanan, perawat, hingga dokternya, berbicara dengan mereka sangat menyenangkan.
Momen kelahiran anak kami yang kedua itu memang sangat membekas. Terutama bagi saya, yang malam itu begitu paniknya. Di masjid terdengar imam memimpin salat tarawih, sedang saya dalam keadaan berkeringat dingin membawa-bawa istri saya yang kesakitan, lalu ditolak oleh beberapa rumah sakit.