saikhul hadi
saikhul hadi Penulis

sangat senang membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

4 Bekal Menjalani Ramadan

24 Maret 2024   08:00 Diperbarui: 24 Maret 2024   08:42 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
4 Bekal Menjalani Ramadan
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadan hadir lagi menjumpai kita, orang-orang yang beriman. Tujuannya satu, membawa kita ke level muttaqin. Itulah pesan utama firman suci Surat Al-Baqarah, ayat 183. Namun, sayangnya tak setiap kita dapat meraih takwa yang menjadi tujuan puasa.

Alangkah sayangnya, jika dalam momen ibadah tahunan ini, kita tidak berhasil. Sebab, untuk mengulangnya lagi harus menunggu setahun lagi. Padahal kita tidak tahu apakah tahun depan, masih bisa bertemu dengan Ramadan? Oleh karena itu, mengikuti pesan bijak dari para ulama, anggaplah setiap Ramadan sebagai Ramadan terakhir. Dengan begitu kita akan mengisinya dengan sebaik-baiknya.

Berikut ada empat bekal yang bisa kita siapkan agar Ramadan kita berlalu sia-sia belaka.

1. Bekal Maknawiyah

Setiap ibadah selalu mengandung dua unsur, lahir dan batin. Secara lahir, puasa berarti tidak makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Sedangkan secara batin, puasa Ramadan datang sebagai bulan untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Kita memaknai puasa bukan sesuatu yang memberatkan, namun justru sebagai sarana kita mengalahkan hawa nafsu. Ramadan menjadi kesempatan untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah Swt.

Sebelum Ramadan kita dianjurkan untuk berdoa, agar dipanjangkan umur sampai bisa menemui Ramadan. Dalam hati, kita tumbuhkan perasaan rindu dan cinta pada Ramadan. Rasulullah bersabda bahwa seseorang itu bersama dengan sesuatu yang dicintainya. Bila kita rindu dan cinta pada Ramadan, insyaallah kita akan bersama dengannya.

Selain itu, Ramadan adalah momen tepat untuk mengobati penyakit hati, seperti takabur, ujub, riya, ananiah, malas, dan sebagainya. Setiap kita dituntut untuk bermuhasabah (intropeksi hati). Intropeksi dalam bentuk memaafkan kesalahan orang lain dan meminta maaf atas segala kesalahan pada orang lain. Tujuannya agar hati menjadi lapang dan bersih.

2. Bekal Ilmiyah

Setiap ibadah ada ilmunya. Demikian juga dengan puasa. Agar semakin mantap puasanya, perlu mendalami fiqhus shiyam. Dengan pemahaman dan ilmu yang cukup kita akan memahami dengan benar mana perbuatan yang dapat merusak nilai puasa dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitasnya.

Fikih puasa meliputi syarat sah puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, dan sebagainya. Selain itu juga memahami amalan-amalan sunnah selama Ramadan, seperti tadarus, tarawih, infak, iktikaf, taubat, dan lain-lain. Semua itu membutuhkan ilmu agar ibadah puasa Ramadan kita bisa terlaksana dengan sempurna. Kesempatan untuk menimba ilmu puasa juga banyak ragamnya. Membaca buku, mengikuti kajian Islami, hadir di majlis taklim, bertanya pada ustad, dan seterusnya.

3. Bekal Jasadiyah

Aktifitas Ramadan banyak memerlukan kekuatan fisik. Mulai dari puasanya, tarawihnya, tilawahnya dan aktifitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang sehat baik dapat melakukan ibadah tanpa gangguan berarti. Sedangkan bila kondisi fisik tidak prima terbuka peluang untuk tidak melaksanakannya amaliyah dengan maksimal, bahkan bisa melewatkannya.

Misal, karena terlalu lelah, sehingga tidak menjalankan shalat tarawih. Lalu bila jatuh sakit, maka tidak berpuasa. Padahal bila terlewatkan nilai amaliyah, Ramadan tidak dapat tergantikan pada bulan yang lain.

Jauh sebelum Ramadan kita harus mempersiapkan kesehatan fisik, salah satunya dengan mengobati penyakit sedini mungkin, dan menjaga makanan yang kita konsumsi, insyaallah tubuh menjadi sehat.

4. Bekal Maaliyah (harta)

Harta memang dibutuhkan selama Ramadan. Tapi bukan untuk beli pakaian baru atau bekal perjalanan pulang kampung atau untuk membeli kue-kue idul fitri. Bekal harta yang kita kumpulkan untuk infak, sedekah, dan zakat.

Tentu tidak salah membeli makanan, jajan, dan juga pakaian. Namun, coba kita tengok lemari kita. Sudah ada berapa baju baru kita? Baju tahun lalu masih bagus untuk dipakai. Makanan jenis apa yang belum pernah kita coba? Hampir semua pernah kita cicipi. Jadi, alangkah baiknya jika anggaran belanja kita berikan kepada fakir miskin, anak yatim, dan kaum dhuafa. Mereka adalah saudara kita yang juga berhak bahagia di hari raya.

Itulah empat hal yang bila kita laksanakan dengan sungguh-sungguh, bisa menjadikan Ramadan kita lebih bermakna. Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun