Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022
Mendalami Makna Hadits Populer Soal Ramadan, Setan Dibelenggu tapi kok Masih Ada Maksiat?
Makanya banyak ulama mengatakan, ketika Ramadhan, bukan berarti tidak ada kemungkaran. Tapi, meminimalisasi kemungkaran. Dengan dibelenggunya setan dan diberikannya banyak keutamaan ibadah, seharusnya sudah bisa membuat kita meminimalisasi kemaksiatan itu sendiri.
Oleh karena itu, jika ada orang yang masih maksiat, mabuk, bahkan tidak berpuasa ketika bulan Ramadan. Maka sejatinya ia telah kalah menghadapi setan kelas teri. Kalau lawan setan kelas teri saja sudah kalah, bagaimana kalau melawan setan kelas kakap?
Apa jadinya kalau kita tidak bisa mengalahkan pertempuran melawan setan-setan di bulan Ramadan? Kamu akan kehilangan banyak kemuliaan dan dosa-dosamu tidak akan diampuni di bulan yang mulia ini.
Permasalahannya bukan pada "Setan dibelenggu", melainkan ada pada diri kita sendiri.
Sejatinya, ketika kita berbuat dosa, tak sepenuhnya sumbernya berasal dari setan, melainkan dari hawa nafsu kita sendiri. Bisa saja dosa yang kita lakukan berasal dari kelalaian dan kesombongan kita sendiri. Kita yang tak mau belajar dan tak mau berubah membuat hawa nafsu terhadap dunia dan kemaksiatan jadi tak terkendali dan malah menjerumuskan diri sendiri.
Aneh rasanya jika masih ada orang yang menghabiskan waktunya untuk bermaksiat selama bulan Ramadan. Mulai dari mabuk, durhaka, bergunjing, memfitnah, dan perbuatan tercela lainnya. Padahal, Allah telah menjanjikan ampunan yang begitu besar jika kita mau bertaubat di bulan Ramadan ini.
"Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan karena berharap pahala, niscaya diampuni untuknya dosa-dosa yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Lalu, kita juga dilarang untuk berbuat dosa dan perbuatan tercela lainnya di bulan Ramadan ini. Kalau kita tetap melakukannya, maka dosa yang kita lakukan di bulan Ramadan ini akan dilipatgandakan.
Syaikh Taqiyuddin mengatakan, maksiat yang dilakukan di waktu atau tempat yang mulia, dosa dan hukumnya dilipatkan, sesuai tingkatan kemuliaan waktu dan tempat tersebut. (al-Adab as-Syar'iyah, 3/430).
Maka sungguh merugi orang-orang yang masih saja berbuat dosa di bulan Ramadan ini. Benar-benar rugi orang yang ketika Ramadan pergi, dosa-dosanya belum diampuni oleh Allah. Sebagaimana sabda nabi dalam hadistnya :
"Jibril 'Alaihis Salam berkata kepadaku: 'Sungguh sangat merugi seseorang yang ia masuk kedalam bulan Ramadhan lalu tidak diampuni dosanya.' Kata Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: 'Aku pun mengucapkan: Aamiin (Ya Allah, kabulkanlah).'"
Oleh karena itu, di bulan suci Ramadan, ini adalah momen untuk kita kembali bermuhasabah akan dosa-dosa yang pernah kita lakukan dan segera memohon ampunan kepada Allah.