Sechudin
Sechudin Wiraswasta

Jurnal Lokal

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Jejak Langkah Ramadan di Desa Glempang

15 Maret 2024   19:07 Diperbarui: 15 Maret 2024   19:14 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejak Langkah Ramadan di Desa Glempang
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bulan Ramadan bukan sekadar bulan yang penuh berkah bagi umat Islam, tetapi juga merupakan momen kebersamaan dan kekhusyukan dalam menjalani ibadah. Di tengah hiruk pikuk perkotaan, ada sebuah desa kecil yang bernama Glempang. Desa ini menjadi saksi bisu bagaimana Ramadan dijalani dengan penuh keikhlasan dan kebersamaan.

Di pagi hari yang sejuk, terdengar suara adzan subuh yang menggema di seluruh desa. Itulah panggilan pertama untuk memulai ibadah di bulan Ramadan. Penduduk Desa Glempang, dari yang tua hingga yang muda, bangun dengan semangat untuk menunaikan shalat subuh di masjid desa. Mereka berjalan dengan langkah tegap, menapaki jalan-jalan setapak yang masih terhalang embun pagi.

Di siang hari, kegiatan di ladang tidak pernah berhenti meskipun panas matahari yang menyengat. Petani desa bekerja dengan tekun, menanam padi dan memupuk tanah. Namun, di tengah kesibukan itu, mereka tidak lupa untuk memperbanyak dzikir dan doa, mengingatkan diri akan kebesaran Allah di setiap langkah mereka.

Setelah menunaikan shalat Asar, aroma harum masakan mulai menyebar di udara. Setiap rumah menyajikan hidangan berbuka puasa yang lezat dan beragam, mulai dari kolak, kurma, hingga gorengan tradisional. Tetangga membantu tetangga, saling berbagi rezeki, dan menunjukkan keramahan yang tiada tara.

Saat matahari mulai condong ke barat, warga desa kembali berkumpul di masjid untuk menunggu adzan maghrib. Di saat itulah kebersamaan dan kesyukuran terasa begitu kuat. Mereka duduk bersama di saf shaf yang rapat, menunggu adzan dengan penuh harap dan rindu.

Dan ketika adzan maghrib berkumandang, terdengar suara takbir yang merdu memecah keheningan senja. Warga desa pun segera memecah buka puasa dengan tanda syukur yang tulus. Mereka berdoa bersama, mengucapkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Jejak langkah Ramadan di Desa Glempang bukan sekadar cerita biasa, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang menggetarkan hati. Di desa ini, Ramadan bukan hanya sekadar menjalankan ibadah, tetapi juga memperkokoh tali persaudaraan dan kebersamaan di antara penduduknya. Ramadan di Desa Glempang adalah bukti nyata bagaimana keimanan dan kebersamaan mampu mengatasi segala tantangan, dan mencerahkan setiap langkah yang diambil menuju keridhaan-Nya.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun