Pengajar yang rindu belajar. Hanya gemar memasak suka-suka serta membukukan karya dalam berbagai antologi. Sesekali memberi edukasi perawatan diri terutama bagi wanita.
Empat Alasan Pelajar Perlu Meneladani Sifat Rasulullah
Mendapatkan kepercayaan itu lebih mudah daripada merawat kepercayaan. Bagi seorang pelajar, jiwa muda seringkali bergejolak dan ingin mencoba hal-hal baru. Hal ini bisa menjadi celah untuk merobohkan benteng kepercayaan dari orang lain.
Seorang pelajar perlu menjaga amanah agar senantiasa mendapat kepercayaan dan dimudahkan dalam segala urusan, khususnya mempersiapkan masa depan.
3. Fathonah
Fathonah mengacu pada kecerdasan. Seorang pelajar identik dengan kecerdasan dan kemampuannya dalam menimba ilmu.
Kecerdasan yang dimiliki seorang pelajar tidak hanya mengacu pada angka yang diperoleh dari pemetikan nilai. Setiap orang bisa memiliki kecerdasan majemuk: IQ (Intelligent Quotient), EQ (emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient). Ketiga hal ini sangat berperan untuk membentuk karakter dan kesuksesan masa depan.
Di dalam pembelajaran, seorang pelajar dapat terlihat jenis kecerdasan yang dimilikinya. Kecerdasan ini meliputi kecerdasan linguistik, logika-matematika, kinestetik, spasial, musikal, naturalis, eksistensial, interpersonal, dan intrapersonal.
Pembelajaran era kini memberikan kesempatan pada setiap pelajar untuk mengembangkan kemampuan berdasarkan kecerdasan yang dimilikinya.
Menjadi pelajar yang cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Segala jerih lelah dan pengorbanan orang tua untuk anaknya sangat berarti saat melihat kesuksesan yang diraih seorang anak. Pastinya, para pelajar ingin meraih cita-cita bukan?
4. Tabligh
Tabligh mengacu pada sikap berbagi. Rasul mendapat wahyu dari Allah SWT yang nantinya akan diberitahukan ke kaumnya. Rasul selalu memberitahu wahyu Allah SWT dengan detail dan tepat.
Seorang pelajar dituntut untuk memiliki kebermaknaan dalam hidup. Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, hendaknya mau membantu orang lain juga dengan kelebihan yang dimilikinya. Sikap ini dapat dilatih melalu belajar bersama, diskusi kelompok, dan pertemanan.
Ibarat sebuah teko berisi air, akan sangat bermanfaat jika airnya dituangkan ke gelas-gelas agar dapat diminum. Namun, jika isi air dalam teko dibiarkan, lambat laun akan tercium aroma yang tidak sedap dan air di dalam teko menjadi tidak berguna.
Seorang yang mau berbagi, akan mudah mendapatkan teman dan memiliki ruang kebaikan di hati teman-temannya. Pastinya, pelajar seperti ini akan senantiasa dikenang dan bisa menjadi penunjang keberhasilan masa depan.