Menggapai Ilmu Hakikat dengan Puasa
Ada beberapa kemungkinan seseorang itu mendapatkan ilmu, ada yang dengan secara mendadak datang pada hati, seolah-olah tiba tanpa diketahui dan ada yang dengan jalan dikaji atau belajar. Adapun ilmu yang didapat dengan tiada mengetahui bagaimana dan dari mana ilmu itu ia peroleh dinamakan Ilham atau hembusan dalam hati (tersingkapnya hati). Sedangkan yang ia mengetahuinya dengan perantaraan Malaikat dinamakan wahyu, yang khusus diberikan kepada para Nabi.
Firman Allah Ta'ala:
"Dan tidak ada bagi seorang manusiapun itu perkataan Allah kepadanya, melainkan berupa wahyu atau dari balik dinding atau Ia mengutus seorang Rasul, maka diwahyukanlah dengan izin-Nya apa-apa yang dikehendaki oleh Allah." (QS. Asy Syuu/ra42 : 51)
Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kesalahan seseorang terhadap keluarga, harta dan tetangganya akan dihapuskan oleh shalat, puasa dan shadaqah." [HR. Bukhari -- Muslim]
Puasa Ramadhan termasuk salah satu cara untuk membersihkan jiwa yang banyak kotorannya. Jika puasanya lahir dan bathin dan menjaga adab-adab puasa maka jiwa kita akan bersih dan bercahaya
Allah swt. berfirman: "Sungguh akan memperoleh keuntungan (kemenangan) orang yang membersihkan jiwanya." (QS. Asy-Syams/91 : 9).
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. pernah ditanya: "Ya Rasulullah! Siapakah orang yang terbaik itu? Maka beliau menjawab: yaitu orang mu'min yang bersih hatinya, maka ditanyakan lagi. Apakah arti orang bersih hati itu? Beliau lalu menjawab: ialah orang yang taqwa, bersih, tidak ada kepalsuan padanya, tak ada kedurhakaan, pengkhianatan, dendam dan kedengkian." (HR. Ibnu Majah).
Bagaimana halnya dengan hanya membersihkan hati, seseorang akan mendapatkan ilmu? Ini adalah termasuk keajaiban hati.
Andaikata ada kolam yang digali di tanah maka ada kemungkinan air dialirkan dari atasnya dengan sungai-sungai (saluran air) ke dalamnya dan mungkin pula dasar kolam itu digali terus dan tanahnya diangkat dari dalam sehingga sampai ke tempat air (sumber air) yang bersih, maka memancarlah air dari dasar kolam. Dan air yang didapatkan dari yang demikian itu adalah lebih bersih, lebih banyak dan lebih deras (memancar terus).
Maka hati itu seperti kolam dan ilmu itu seperti air, sedangkan panca indra itu seperti sungai-sungai (saluran air). Bisa saja ilmu itu disalurkan ke dalam hati melalui perantaraan saluran indra, yaitu dengan membaca, belajar ataupun dengan berguru kepada beberapa guru, sehingga penuhlah hati dengan berbagai ilmu. Dan mungkin juga sungai-sungai itu ditutup dengan berkhalwat (menyendiri), Uzlah (mengasingkan diri), membatasi pandangan mata, membatasi pergaulan dan menuju pendalaman hati dengan mensucikannya, sampai terangkatlah tirai-tirai di hati yang mendindingi Nur-Nya, sehingga memancarlah sumber ilmu yang jernih (ilmu hakikat) dari dalam hati.
Bersihkanlah dirimu
dari warna-warna wajahmu,
dan lihat jati dirimu yang sejati;
cermatilah dalam hatimu,
semua ilmu para nabi,
tanpa buku,
tanpa guru.
(Jalaludin Rumi)
Maha suci Tuhan yang telah mengantar keajaiban-keajaiban ini di dalam hati, kemudian Ia membuat buta akan hati dalam mengetahuinya, sehingga jadilah kebanyakan hati manusia itu tidak mengetahui akan dirinya dan keajaiban-keajaibannya.
Sesuatu yang sungguh mengotori hati ialah perasaan benci, iri, dengki, sombong, khianat dan sebagainya. Maka bagi orang yang ingin mengetahui akan keajaiban-keajaiban hatinya, haruslah membuang jauh-jauh kotoran-kotoran dalam hatinya tersebut.
Untuk bisa mendapatkan ilmu yang sungguh-sungguh jernih, satu-satunya jalan ialah dengan mensucikan hati. Membuang jauh hal-hal yang mengotorinya dengan sungguh-sungguh. Memang ini merupakan sesuatu yang sulit bagi kebanyakan orang, namun seseorang harus mengusahakannya. Yang harus diingat, bahwa ini hanyalah suatu ujian bagi umat manusia yang ingin mendapatkan ridha-Nya.