#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#
Saling Memaafkan, Berdamailah dengan Dendam Kita kepada Orang Lain (Ikhlas)
Ikhlaskah kita memaafkan orang lain yang pernah menyakiti ataupun berbuat salah kepada kita?
Ikhlaskah kita berdamai dengan dendam kita kepada orang lain dengan cara memaafkannya?
Ya, terkadang soal memaafkan orang lain yang pernah menyakiti ataupun berbuat salah kepada kita ini secara teoritis gampang banget terucap dibibir tapi tak seikhlas hati pada praktiknya.
Kerap kali kita hanya nampak diluarannya saja terlihat ikhlas dalam memaafkan orang lain tapi dalam hati tidak, maaf hanya dibibir tapi dalam hati tetap tidak bisa memaafkan
Ya, memang tidak dimungkiri dalam dinamika kehidupan sehari-hari, kita secara sadar ataupun tidak sadar pasti pernah berbuat salah atau menyakiti orang lain. Begitu juga orang lain, pasti pernah ada yang menyakiti kita dan berbuat salah kepada kita.
Tak pelak, karena situsi di ataslah yang sering sekali menyisakan dendam di antara sesama kita. Apalagi kalau sudah yang namanya menyakiti hati, berat rasanya untuk memaafkan kepada mereka yang menyakiti hati kita ini.
Sehingga inilah juga yang pada akhirnya menyebabkan renggangnya suatu hubungan dan bahkan yang lebih parah adalah, putusnya tali silaturahmi dengan saudara, tetangga, teman, maupun rekan kerja.
Ya, "dendam" inilah yang sebenarnya menjadi penghalang kita untuk bisa saling memaafkan dengan ikhlas.
Kita mungkin bisa berkilah saya tidak pernah dendam sedikitpun atas tindakan orang lain yang menyakiti dan berbuat salah pada kita, tapi selama kita tidak ada niat untuk memaafkan dan saling memaafkan maka faktanya adalah kita menyimpan dendam, bahkan menjadi dendam kesumat.
Kita bisa berkilah kita bisa ikhlas memaafkan orang lain, tapi selama kita masih mengingat, mengungkit, dan menyimpan kesalahan orang lain maupun perbuatan orang lain yang menyakiti kita, maka tetaplah kita tidak masuk kategori ikhlas memaafkan. Tetap saja kita masuk kedalam kategori pendendam.
Yang kerap juga jadi menambah parah dendam adalah, dalam hal saling memaafkan ini kita mempersoalkan silaturahminya.
Seharusnya orang lain yang datang silaturahmi minta maaf kepada kita, sebab oranglah yang banyak salah pada kita dan menyakiti kita.
Kita memantas-mantaskan diri bahwa kitalah yang paling benar. Padahal dengan begini kita jelas egois dan menyimpan dendam.
Jadi sampai disini, jelaslah sudah bahwa penghalang kita untuk ikhlas memaafkan orang lain adalah karena kita menyimpan dendam, penghancur tali silaturahmi kita yang paling utama adalah karena kita menyimpan dendam kesumat kepada orang lain.
Yang jelas, satu-satunya jalan untuk menghapusnya dari dalam diri kita adalah dengan cara berdamai dengan dendam kita kepada orang lain.
Sesakit apapun orang lain pernah menyakiti kita atau berbuat salah kepada kita, maka kalau kita bisa berdamai dengan dendam kita kepada orang lain.
Inilah sebenarnya ikhlas memaafkan yang sejati. Bukan ikhlas kelihatan dari luarannya saja, tapi ikhlas lahir dan batin yang sejati.
Bersilaturahmilah kita untuk saling memaafkan dengan tidak mempersoalkan siapa benar siapa salah, meskipun pada faktanya orang lain yang bersalah kepada kita dan menyakiti kita, tidak usahlah yang begini dipersoalkan. Lebih baik tumbangkan ego kita dan hapus dendam kita.
Berdamailah dengan dendam kita kepada orang lain, untuk menggapai kesejatian arti saling memaafkan.
Hapuskan dendam kesumat kita kepada orang lain untuk menggapai kesejatian ikhlas saling memaafkan.
Dengan begini, maka menanglah kita, karena kita telah "Ikhlas".
Demikian kiranya artikel singkat ini, semoga dapat bermanfaat.
Artikel ke 99 tahun 2023.