Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati
Sungkeman dan Halal Bihalal, Tradisi Keluarga dan Masyarakat untuk Saling Memaafkan
Semasa saya berusia balita hingga jelang remaja, saat eyang putri (ibu dari ayah) masih hidup, kami sekeluarga berkunjung ke rumah beliau setiap usai lebaran. Menempuh perjalanan hampir 4 jam mengendarai mobil, menikmati perjalanan melawan arus mudik, kami tidak mengalami kemacetan yang berarti di kala itu.
Hampir seluruh keluarga besar dari jalur ayah berkumpul. Istilah ngumpulke balung kepisah, benar-benar terjadi di setiap momen hari raya.
Betapa tidak? Om dan Tante, Pakde dan Bude yang ada di luar kota, bahkan jika yang berada di luar negeri bisa turut hadir, semua berkumpul di rumah eyang putri yang besar dan luas, lengkap dengan para sepupu saya dan cucu-cucu eyang.
Saya belum mengenal istilah open house kala itu. Namun saya sudah menduga bahwa acara sungkeman bakal digelar.
Menurut Wikipedia, arti dari kata sungkem adalah tanda bakti dan hormat yang dilakukan oleh kedua pengantin ke hadapan orang tua serta keluarga yang lebih tua (pinisepuh) dari kedua belah pihak, menunjukkan tanda bakti dan rasa terima kasih atas bimbingan dari lahir sampai ke perkawinan. Selain itu kedua pengantin mohon doa restu dalam membangun kehidupan rumah tangga yang baru, agar selalu mendapatkan berkat dan rahmat Tuhan.
Namun sungkem juga dapat dilakukan saat hari raya Idulfitri, tepatnya setelah salat Idulfitri, prosesi sungkeman bertujuan untuk saling memaafkan antara ayah dan ibu kepada anaknya, yang mana di dalamnya tersirat harapan dan doa agar ke depan menjadi lebih baik dengan saling memaafkan satu sama lain baik untuk kesalahan yang sengaja ataupun tidak.
Kami berbaris menunggu giliran sungkeman dengan eyang putri dan putra-putri beliau. Juga bersalaman dan berpelukan kepada seluruh anggota keluarga besar. Kehangatan, kesyahduan, keakraban, saling memaafkan, lebur dalam tangis bahagia. Selain temu kangen keluarga, momen lebaran sarat dengan ketulusan meleburkan segala khilaf dan salah yang terjadi.
Acara pun berlanjut dengan berfoto bersama kemudian berlanjut makan besar. Bagi saya yang masih kanak-kanak, mendapatkan hadiah lebaran dari kerabat ayah, sungguh menyenangkan.
Baca:Â 100 Keping Koin MangPe, Salam Tempel dalam Balutan Dompet Plastik Toko Emas
Tradisi sungkeman di keluarga saya berlangsung saat keluarga kami masih lengkap dengan adanya eyang putri, ayah dan ibu. Semenjak mereka tiada, saya dan masing-masing kakak tidak lagi melakukannya, karena telah berkeluarga dan tinggal berjauhan. Kami belum tentu berkumpul bersama atau mudik di kala lebaran.
Acara sungkeman tak lagi digelar, tetapi halal bi halal keluarga besar bersama keluarga inti masing-masing pun tetap terlaksana.
***
Halal bihalal merupakan tradisi asli masyarakat kita yang tetap lestari dari masa ke masa. Sejarah adanya tradisi ini usai lebaran, pembaca bisa mendapatkan informasinya dari berbagai artikel.
Sebuah tradisi unik yang bisa dilakukan oleh siapapun di lingkungan manapun. Baik itu keluarga besar, komunitas, masyarakat sekitar, perusahaan, sekolah, bahkan pertemuan reuni para angkatan pendidikan.
Saat puasa syawal telah tuntas ditunaikan, jadwal undangan halal bi halal berdatangan. Demikian juga dengan saya, utamanya dari komunitas kegiatan yang saya ikuti. Bahkan pekan depan, rumah mungil saya in syaa Allah ketempatan untuk menyelenggaeakan arisan dan taklim, sekaligus halal bi halal sederhana bersama para bunda sekitar perumahan.
Halal bihalal telah melekat sebagai tradisi dari perayaan Idul Fitri setiap tahunnya. Kegiatan ini dilaksanakan tak hanya antar keluarga dekat saja, namun juga ke sesama teman hingga rekan kerja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Halal bihalal adalah hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang.
Sejak adanya pandemi, tradisi ini sempat ditunda dan tak diperbolehkan untuk diselenggarakan, mengingat aturan protokol kesehatan. Namun kini dengan adanya kelonggaran dan izin dari pemerintah, serta vaksinasi massal bagi masyarakat, maka pertemuan ini kembali hangat untuk bisa saling bertatap muka langsung dan berjabat tangan saling memaafkan.
Grup perpesanan pun mulai ramai untuk menjadwalkan kegiatan ini di komunitas masing-masing. Bahkan sahabat saya berbagi cerita melalui video, kekompakan keluarga besarnya dengan menggunakan dresscode tertentu yang berbeda di tiap tahunnya dalam berhalal bihalal
Ternyata, acara buka bersama rasanya masih kurang untuk kita saling jumpa dan menikmati ramadan. Kiranya syawal mempertemukan kembali untuk berhalal bihalal dengan kerabat dan handai tolan.
Meleburkan segala khilaf dan salah, saling memaafkan dengan ikhlas adalah silaturahim yang penuh arti bagi insan yang menjadi tempatnya dosa.
Dengan iringan doa terbaik, saya mohon maaf maaf lahir dan batin kepada pembaca kompasiana dimanapun berada, juga kepada sesama kompasianer, dan jajaran admin.
Salam sehat dan bahagia selalu ya!
***
Artikel 54-2022
#Tulisanke-354
#Tradisi
#Halalbihalal
#Sungkeman
#Lebaran2022
#NulisdiKompasiana