Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Penulis

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Orangtua Suportif di Usia Ideal Anak Belajar Puasa

4 Maret 2024   14:40 Diperbarui: 12 Maret 2024   03:27 1602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangtua Suportif di Usia Ideal Anak Belajar Puasa
Ilustrasi berbuka puasa bersama anak. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Menurut pakar psikologi, yaitu Dra. Adriani Purbo, M.Psi. yang dikutip dari laman resmi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, si kecil sudah bisa dikenalkan terkait konsep berpuasa sejak usia 3 tahun.

Tentunya pengenalan tidak langsung dengan mengajak si anak berpuasa. Biarkan si anak mengenal terlebih dahulu dengan merasakan langsung suasana bulan Ramadan.

Jika dirasa sudah memungkinkan untuk belajar puasa, anak bisa bertahap melakukan ibadah puasa. Misalnya hanya dibatasi untuk tidak mengkonsumsi makanan pokok saja. Seperti tidak makan nasi.

Bisa juga dengan membatasi waktunya saja. Karena baru belajar, si kecil cukup diajak berpuasa sampai setengah hari saja. Misalnya sampai pulang sekolah. Sekitar empat atau lima jam saja.

Setelah itu, biarkan si kecil untuk berbuka layaknya orang dewasa berbuka puasa saat terbenam matahari.

Perlu untuk digarisbawahi bahwa mengajarkan puasa kepada anak tidak hanya sekadar menahan haus dan lapar saja. Orangtua harus menjelaskan pula keutamaan dan alasan mengapa agama Islam mewajibkan umatnya untuk berpuasa.

Dengan pemahaman yang dikemas menggunakan kalimat yang sederhana, anak akan merasa bahwa puasa bukanlah sebuah aturan yang di mana jika melanggar akan mendapatkan dosa. Kesalahannya adalah pemahaman yang tertanam sejak dini bahwa jika melanggar adalah masuk neraka. 

Memang seperti itu. Tapi jika orangtua menerapkan pemahaman seperti itu kepada sang anak, anak akan merasa bahwa ibadah adalah keterpaksaan semata. 

Berilah pemahaman bahwa puasa bukan hanya sekadar wajib bagi setiap umat muslim, tetapi juga karena sebagai bentuk syukur dan pengingat atas segala nikmat yang Tuhan beri. Tentunya orangtua harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh si kecil.

Dengan begitu, anak tidak berpikir bahwa puasa adalah kewajiban yang menakutkan karena ada surga dan neraka. Tetapi anak mencerna dengan jelas alasan mengapa dia harus berpuasa. Pemahaman itu akan ia tanam sampai dewasa.

Saat di fase dewasa, anak sudah bisa berpikir sendiri sehingga memperdalam prinsip yang tertanam sejak dulu terkait kewajibannya untuk berpuasa di bulan Ramadan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun