Supartono JW
Supartono JW Konsultan

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

(3) Ramadan Tak Biasa: Ayo Mengukur Diri!

26 April 2020   00:11 Diperbarui: 26 April 2020   00:42 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(3) Ramadan Tak Biasa: Ayo Mengukur Diri!
20200425-175306-5ea456ead541df17e90fee42.jpg

Selama ini, sebelum pandemi corona, saya melihat "kisah" hampir sebagian masyarakat Indonesia, dalam bidang sosial, budaya, dan terutama ekonomi, banyak yang tak mengukur diri. 

"Tiba saat, Tiba akal". Tidak berpikir panjang dalam melakukan tindakan, keputusan, kebijakan, yang pada akhirnya, tindakan keputusan itu menjerat dirinya sendiri, karena tidak dalam perencanaan dan pemikiran yang matang. Asal jalan, dan asal mengambil keputusan yang tak diiringi kematangan pertimbangan terukur.

Bahkan hal ini, khususnya dalam bidang ekonomi, hampir merata dilakukan oleh berbagai kasta masyarakat, yaitu dari rakyat jelata hingga elite parpol dan pemimpin bangsa ini. 

Alhasil, atas perbuatan, tindakan, perilaku yang tak mengukur diri itu, negara jadi banyak hutang, banyak elite parpol dan pejabat terjerat korupsi. 

Demikian juga kehidupan masyarakat kita, hampir sebagian besar hanya bisa "gali lobang, tutup lobang". Pun terjerat utang dan pinjaman, bahkan dari rentenir. 

Sebabnya, secara sosial budaya, rakyat dan bangsa ini juga sedang berkembang, jadi sebagaimana ciri khasnya, akan mudah diidentifikasi sangat konsumtif pada kebutuhan yang tak primer, dan memaksakan diri demi penampilan dan "gaya hidup" serta memenuhi hawa nafsu. 

Mengukur diri pribadi 

Lalu, apa sejatinya mengukur diri itu? Sebab, bangsa dan rakyat kita, banyak yang lepas kendali dan suka bertindak tak mengukur diri? 

Sesuai KBBI, mengukur adalah menghitung ukurannya (panjang, besar, luas, tinggi, dan sebagainya) dengan alat tertentu,  menilai mutu dengan cara membandingkan, menguji, mencoba, mengira, dan sebagainya. 

Sementara makna diri yaitu, orang seorang (terpisah dari yang lain), tidak dengan yang lain: pekerjaan itu dilakukannya seorang. Bila dirangkai, maka makna mengukur diri adalah kemampuan seseorang dalam menghitung ukuran, menilai mutu sesuatu dengan membandingkan, menguji, mencoba, dan mengira. 

Atas definisi tersebut, dengan fakta bahwa pemimpin bangsa dan rakyat Indonesia hingg kini masih banyak yang tak mau dan tak mampu mengukur diri demi menginginkan "sesuatu" karena gaya hidup, jelas menjadi problem akut yang wajib disetop tradisi dan budayanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun